Hubungan antara laju pengeringan tapioka secara kemoreaksi dengan tingkat berat jenisnya
View/ Open
Date
2016Author
Khatim, Husnul
Lioe, Hanifah Nur.
Soekarto, Soewarno T
Metadata
Show full item recordAbstract
Tapioka merupakan salah satu bahan baku yang paling banyak digunakan
dalam suatu industri, termasuk industri pangan. Proses pembuatan tapioka secara
umum adalah dengan melakukan pengeringan. Pengeringan dilakukan untuk
menghilangkan sejumlah air yang terdapat pada suatu bahan hingga kadar air sesuai
dengan tujuan pengeringan. Terdapat banyak metode yang dilakukan untuk
pengeringan salah satunya adalah dengan metode kemoreaksi. Pengeringan
kemoreaksi memanfaaatkan kapur api (CaO) sebagai media absorbsi air dalam
ruang tertutup dan kelembaban udara (RH) dibawah 20%. Penelitian ini bertujuan
menentukan hubungan laju pengeringan tapioka dengan tingkat berat jenisnya.
Tahap penelitian dimulai dengan melakukan pengeringan terhadap tapioka
secara kemoreaksi dengan pengambilan data kadar air sebanyak 11 kali, yaitu pada
jeda waktu 0, 1, 3, 5, 6, 7.5, 18, 24, 30, 48, dan 72 jam. Tahap selanjutnya
melakukan pengukuran peningkatan berat jenis tapioka selama pengeringan dengan
jeda waktu sesuai pada pengukuran kadar air. Selanjutnya menentukan hubungan
yang dihasilkan dari pengukuran laju pengeringan yang diperoleh dari penurunan
kadar air dan berat jenis selama proses pengeringan.
Hasil dari pegukuran kadar air menunjukkan kadar air terendah dari hasil
pengeringan adalah sebesar 3,36 % bk dan kadar air tertinggi 19,70% bk. Laju
pengeringan denga CaO tertinggi sebesar 2,10 gH2O/jam dan terendah sebesar 0,38
gH2O/jam. Terdapat dua periode kadar air pada kurva antara laju pengeringan dan
kadar air dengan batas kadar air M1 diperoleh sebesar 8,3% bk dan M2 15,7% bk.
Pengukuran terhadap berat jenis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai berat
jenis terhadap waktu dan berbanding terbalik tehadap penurunan kadar air selama
proses pengeringan. Nilai berat jenis terbesar diperoleh sebesar 1,3632 g/mL pada
kadar air 3,36 % bk dan nilai terkecil dari berat jenis diperoleh sebesar 1,1245 g/mL
pada kadar air 15,7% bk. Terdapat tiga periode kadar air pada kurva hubungan berat
jenis dan kadar air. Batas kadar air periode satu M1 diperoleh sebesar 8,2% bk dan
M2 13,5% bk. Hubungan antara laju pengeringan dan berat jenis diperoleh dari hasil
analisis pengukuran berat jenis dan kadar air. Kurva berat jenis terhadap waktu
menunjukkan tiga periode kadar air. Nilai batas kadar air M1 diperoleh sebesar
9,3% bk dan M2 14,0% bk. Sedangkan pada kurva laju pengeringan terhadap berat
jenis terdapat dua periode batas kadar air. Nilai batas kadar air M1 diperoleh sebesar
3,7% bk dan M2 13,7% bk. Dari ke empat parameter tersebut, maka dapat
ditentukan batas-batas periode kadar air yaitu periode satu berada pada nilai sekitar
3,7-9,3% bk, periode dua berada pada nilai nilai 13,7-15,7% bk.