dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pola konsumsi dan tingkat stres dengan tingkat keparahan sindrom pramenstruasi pada siswi. Jenis penelitian yaitu survey yang dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2018 di SMAN 1 Ciampea. Sebanyak 52 siswi kelas 10 dipilih secara acak dengan teknik purposive sampling. Pengambilan data berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui status gizi. Data konsumsi pangan diperoleh melalui recall 2x24 jam pada hari sekolah dan hari libur. Penentuan tingkat stres dengan Perceived Stress Scale (PSS), sedangkan tingkat keparahan sindrom pramenstruasi dengan Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar subjek berusia 15 tahun. Rata-rata usia menarche yaitu 12.5 tahun. Subjek yang mengalami PMS ringan sebesar 86.5%, PMS sedang 11.5%, dan PMS berat 2.0%. Subjek yang mengalami PMS ringan dan PMS sedang-berat, kebanyakan mengalami stres sedang. Sebagian besar subjek memiliki status gizi (IMT/U) normal. Mayoritas subjek memiliki tingkat kecukupan energi, protein, dan karbohidrat yang tergolong defisit berat, sedangkan tingkat kecukupan lemak kebanyakan tergolong cukup. Tingkat kecukupan kalsium, kalium, magnesium, dan seng masih tergolong defisit. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak ditemukan hubungan antara asupan zat gizi mikro (kalsium, kalium, magnesium, dan seng), asupan protein, dan asupan karbohidrat dengan tingkat keparahan sindrom pramenstruasi (p>0.05). Namun terdapat hubungan yang signifikan pada asupan energi (r=0.325, p=0.019) dan lemak (r=0.298, p=0.032) dengan keparahan sindrom pramenstruasi. Hasil uji Chi-square antara tingkat stres dan tingkat keparahan sindrom pramenstruasi tidak ditemukan hubungan yang signifikan (p>0.05). | id |