Show simple item record

dc.contributor.advisorFardiaz, Dedi
dc.contributor.authorRamadhani, Fitri
dc.date.accessioned2018-01-31T06:52:06Z
dc.date.available2018-01-31T06:52:06Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/90028
dc.description.abstractIndonesia saat ini sedang fokus melakukan pembangunan kesehatan melalui empat program prioritas yang salah satunya adalah penurunan prevalensi anak pendek (stunting). Stunting mengindikasikan adanya permasalahan gizi kurang yang menyebabkan pertumbuhan anak menyimpang dari normal. Salah satu zat gizi mikro yang masih mengalami defisiensi sehingga menjadi permasalahan nasional adalah iodium. Teknologi fortifikasi merupakan strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah gizi nasional tersebut. Dalam hal ini, pemerintah telah mewajibkan iodisasi garam yang pengawasannya di peredaran dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Tujuan penelitian ini adalah membuat profil kualitas produk garam konsumsi beriodium di peredaran, menganalisis hasil pemantauan kualitas garam beriodium di peredaran berdasarkan kadar iodium sebagai KIO3 pada wilayah pemantauan, jenis registrasi produk, dan merek garam dari hasil pengambilan sampel pada lima tahun berbeda, serta menganalisis hubungan antara hasil pemantauan kualitas garam beriodium di peredaran dengan prevalensi stunting di Indonesia. Pemantauan garam dilakukan dengan metode Lot Quality Assurance Sampling dan multistage sampling. Pada semua sampel yang diambil dilakukan tiga pengujian yaitu uji kadar air, kadar NaCl, dan kadar iodium sebagai KIO3. Hasil pemantauan kemudian dibandingkan berdasarkan kadar iodium sebagai KIO3 dengan klasifikasi pada berbagai wilayah pemantauan, jenis registrasi, dan merek garam pada beberapa tahun untuk mengetahui tren/kecenderungan hasil pemantauan yang telah dilakukan BPOM. Setelah itu, data hasil pemantauan garam beriodium di peredaran dibandingkan dengan prevalensi stunting. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah sampel garam terbanyak yang diambil di peredaran berada di wilayah kota besar di Indonesia, tidak tergantung pada daerah sentra atau non sentra produksi garam. Garam dengan kadar KIO3 ≥ 30 ppm mayoritas merupakan garam dengan jenis registrasi MD dengan merek Dolpin, Refina, dan Kapal. Secara keseluruhan, kualitas garam berdasarkan kadar KIO3-nya di peredaran sudah meningkat sampai tahun 2015, namun mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2016. Namun jumlah garam konsumsi beriodium di peredaran yang memenuhi syarat SNI masih belum mencapai target BPOM, dengan jumlah 50-75% dari target 80%. Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil pemantauan garam beriodium di peredaran tidak berpengaruh secara langsung terhadap prevalensi stunting.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFood sciencesid
dc.subject.ddcSaltsid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcDKI Jakartaid
dc.titleKajian Hasil Monitoring Kualitas Garam Konsumsi Beriodium di Peredaranid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordBPOMid
dc.subject.keywordgaram beriodiumid
dc.subject.keywordpemantauan garam beriodiumid
dc.subject.keywordstuntingid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record