Show simple item record

dc.contributor.advisorPrangdimurti, Endang
dc.contributor.advisorZakaria, Fransisca Rungkat
dc.contributor.authorAfrah, Zatil
dc.date.accessioned2013-01-29T07:47:17Z
dc.date.available2013-01-29T07:47:17Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/59979
dc.description.abstractJelatang (Urtica dioica L.) merupakan herbal yang dapat ditemukan di Asia (termasuk Indonesia), Eropa, Afrika Utara, dan Amerika Utara. Di negara-negara beriklim sedang, daun jelatang populer sebagai sayuran dan obat. Jelatang digunakan dalam pengobatan penyakit kelamin dan saluran kencing yang ringan (nocturia, dysuria, penghambatan saluran ginjal, iritasi kantung kemih, dan infeksi), gangguan ginjal, alergi, diabetes, anemia, penyakit saluran pencernaan yang ringan (diare, disentri, dan keasaman lambung yang meningkat), eczema, hemorrhoid, inflamasi hati, rematik, dan kanker prostat. Di samping beragamnya khasiat daun jelatang, juga ditemukan indikasi gangguan fisiologis akibat pemberian herbal tersebut. Suatu penelitian menunjukkan bagian tanaman stinging nettle yang berada di atas tanah berpotensi menyebabkan gatal,diare,danedema lidah. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari hepatotoksisitas subkronis pada tikus Sprague Dawley setelah pemberian ekstrak daun jelatang (Urtica dioica L.) secara oral. Uji toksisitas subkronis selama 90 hari dimaksudkan untuk mengungkap potensi kerusakan hati akibat pemberian ekstrak daun jelatang dengan dosis tertentu. Pada penelitian ini, ekstrak air dari daun jelatang dengan dosis 0,1 g/kg berat badan (BB) dan dosis 1 g/kg BB diberikan melalui penyondean pada tikus Sprague Dawley selama 90 hari. Selama masa tersebut, dilakukan pemeriksaan fisik untuk melihat perubahan tingkah laku dan parameter pemeriksaan fisik lainnya akibat pemberian ekstrak daun jelatang. Kemudian dilakukan pembedahan untuk memperoleh sampel darah dan organ hati. Organ hati diamati secara makroskopik dan ditimbang untuk mendapatkan berat relatif hati. Selanjutnya dilakukan analisis sifat kimia serum yang menjadi parameter kerusakan hati. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, ditemukan dua kasus mortalitas (kematian satu dari 10 tikus pada kelompok dosis 0,1 g/kg BB dan satu dari kelompok dosis 1 g/kg BB) serta beberapa kasus morbiditas (sakit/menderita). Temuan tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jelatang pada kedua dosis memicu reaksi gatal, pendarahan internal, dan atau arrhythmia (penyimpangan irama jantung) yang berakhir dengan mortalitas. Hingga akhir masa penelitian (90 hari) belum ditemukan manifestasi toksisitas terhadap berat badan tikus yang diberikan ekstrak daun jelatang. Berat relatif hati antarperlakuan tidak berbeda nyata (p<0,05) namun sebagian besar hati dari kelompok yang mendapatkan ekstrak daun jelatang memiliki lebih banyak droplet-droplet lemak yang menunjukkan terjadinya hati berlemak (steatosis). Salah satu dari sepuluh tikus pada kelompok dosis 0,1 g/kg BB memiliki tiga gumpalan pada hatinya sedangkan salah satu dari sepuluh tikus pada kelompok dosis 1 g/kg BB memiliki satu gumpalan. Gumpalan ini diperkirakan berupa lipoprotein dan atau hepatic neoplasia. Hasil analisis kimia darah (bilirubin total, bilirubin langsung, ALP, ALT, AST, albumin, glukosa, dan trigliserida) menunjukkan bahwa pada kelompok tikus Sprague Dawley yang diberikan ekstrak daun jelatang (dosis 0,1 g/kg BB dan 1 g/kg BB) selama 90 hari ditemukan indikasi terjadinya salah satu kelainan hati, yaitu steatosis. Gejala dan bukti terjadinya kerusakan hati lainnya tidak ditemukan.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titlePengujian Hepatotoksisitas Subkronis Ekstrak Daun Jelatang (Urtica Dioica L.) Pada Tikus Sprague Dawleyen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record