Faktor Risiko Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa
Risk Factors of Dehydration in Adolescents and Adults. Supervised
Abstract
The objective of this research was to analyzed risk factors of dehydration among adolescents and adults. The research was carried out throught analyzing a data set of THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study) collected in 2008 and 2009 by applying a crossectional study design among 604 adolescents (male and female aged 15-18 yrs) and 582 adults (male and female aged 25-55 yrs) in North Jakarta, Lembang, Surabaya, Malang, Makasar and Malino. Data processing and analysis were conducted in Bogor in April-June 2011. The results shows that the mean fluid intake among all subjects is 2750±753 mL/d, and among adolescents and adults is 2773±439 mL/d and 2730±456 mL/d respectively. Based on the urine specific gravity, 46,3% of the subject categorized as dehydration, and among adolescents and adults is 44,5% and 48,1% respectively. The results of logistic regression analysis showed that the dehydration risk factors in adolescents are ecological areas, gender, body temperature, hydration knowledge, and fluid intake. Dehydration risk factors in adults are ecological areas and body temperature. Dehydration risk factors in all subjects are ecological areas, body temperature, hydration knowledge, and fluid intake. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu: (1) Mengetahui asupan air remaja dan dewasa, (2) Mengetahui status dehidrasi remaja dan dewasa dewasa (3) Menganalisis faktor risiko dehidrasi meliputi jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu tubuh, status gizi, tingkat asupan air, pengetahuan tentang air minum dan hidrasi, dan letak geografis pada remaja dan dewasa. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study). Wilayah penelitian ini terdiri atas enam lokasi yaitu Lembang (Jawa Barat), Jakarta Utara (DKI Jakarta), Malang dan Surabaya (Jawa Timur), serta Malino dan Makasar (Sulawesi Selatan). Pengumpulan data penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda dilakukan dari akhir tahun 2008 sampai awal tahun 2009 (Hardinsyah et al. 2010). Pengolahan, analisis, dan interpretasi data dilakukan pada bulan April-Juni 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Jumlah subyek dihitung berdasarkan perhitungan rumus jumlah minimum subyek studi cross-sectional penelitian memperhitungkan proporsi diasumsikan dehidrasi 30% (Manz & Wentz 2005). Setelah mempertimbangkan dua kelompok jenis kelamin, dua kelompok umur dan dua lokasi penelitian, maka jumlah total subyek yang menjadi subyek penelitian yaitu 1186 subyek. Kelompok usia remaja (15-18 tahun) merupakan pelajar SMU. Penelitian ini juga mencakup subyek dari golongan usia dewasa. Pemilihan subyek dewasa dilakukan dengan cara memilih guru dan karyawan sekolah yang berusia 25-55 tahun yang berada di semua lokasi penelitian. Data terdiri atas karakteristik subyek yang terdiri dari wilayah ekologi, umur, jenis kelamin, status gizi (berat badan dan tinggi badan) aktivitas fisik (jenis dan durasi dari berbagai aktivitas selama 6 hari), konsumsi makanan dan minuman (jenis, jumlah dan sumber air minum dan minuman). Pengetahuan tentang air minum (kuisioner berisi pertanyaan kebutuhan air minum dan hidrasi, jenis minuman yang aman diminum, jenis minuman dan hubungannya dengan dehidrasi) pemeriksaan fisik (suhu tubuh) status dehidrasi (berat jenis urin). Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excell 2007 for Windows dan SPSS 16 for Windows. Proses pengolahan meliputi coding, entry dan analisis. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan data karakteristik subyek dan asupan air serta status dehidrasi. Analisis bivariat menggunakan uji beda-t (Independent Sample t-Test), analisis Chi square dan korelasi Spearman. Analisis multivariat digunakan untuk melihat faktor risiko dehidrasi dengan menggunakan analisis regresi logistik. Total asupan air rata-rata pada remaja adalah 2770±439 mL/hari yang terbagi kedalam 1623±574 mL minuman air putih, 474±465 mL minuman lainnya, 513±211 mL air dari makanan, serta 196±86 mL air metabolik. Total asupan air pada dewasa tidak jauh berbeda dengan total asupan air pada remaja dengan iii nilai yang lebih kecil yaitu rata-rata 2730±456 mL/hari. Pada dewasa total asupan air berasal dari asupan minuman air putih rata-rata sebesar 1584±590 mL/hari, minuman lainnya 474±465 mL/hari, air dari makanan 535±198 mL/hari serta air metabolik 186±64 mL/hari. Total asupan air rata-rata pada total subyek adalah 2750±753 mL/hari yang terbagi ke dalam 1611±580 mL minuman air putih, 456±449 mL minuman lainnya, 524±205 mL air dari makanan, serta 191±76 mL air metabolik Status dehidrasi berdasarkan berat jenis urin pada remaja dan dewasa yaitu masing masing yaitu 48,1% dan 44,5% dan total dehidrasi pada semua subyek yaitu 46,3%. Faktor risiko dehidrasi pada remaja adalah willayah ekologi, suhu tubuh, jenis kelamin, tingkat pengetahuan, tingkat asupan air. Faktor risiko dehidrasi pada dewasa adalah wilayah ekologi dan suhu tubuh. Faktor risiko dehidrasi pada total subyek adalah willayah ekologi, suhu tubuh, tingkat pengetahuan serta tingkat asupan air. Pada remaja, subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,74 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar batas normal berisiko 1,50 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal. Subyek wanita berisiko 1,60 kali mengalami dehidrasi dibandingkan pada subyek laki-laki. Subyek dengan tingkat pengetahuan kurang berisiko 1,42 kali mengalami dehidrasi dibandingkan dengan subyek dengan tingkat pengetahuan baik. Tingkat asupan air subyek yang kurang dari 90% berisiko mengalami dehidrasi 1,67 kali jika dibandingkan dengan subyek yang asupan airnya lebih dari 90%. Pada dewasa, subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,88 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar batas normal berisiko 1,54 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal. Pada total subyek, yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,75 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar batas normal berisiko 1,54 kali mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal. Subyek dengan tingkat pengetahuan kurang berisiko 1,33 kali mengalami dehidrasi dibandingkan dengan subyek dengan tingkat pengetahuan baik. Tingkat asupan air subyek yang kurang dari 90% berisiko mengalami dehidrasi 1,31 kali jika dibandingkan dengan subyek yang asupan airnya lebih dari 90%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wilayah ekologi di dataran rendah dimana suhu lingkungan yang panas berisiko besar menyebabkan dehidrasi. Kondisi ini perlu disadari dengan menggantikan air yang hilang melalui penguapan dan keringat dengan asupan air yang cukup. Kondisi lain seperti suhu tubuh, jenis kelamin, status gizi, pengetahuan dan sikap serta khususnya tingkat asupan air juga perlu diperhatikan dalam rangka untuk menjaga keseimbangan air tubuh. Tanda-tanda dehidrasi berupa haus serta mukosa mulut kering merupakan pertanda akurat seseorang sedang mengalami dehidrasi ringan, sehingga regulasi minum perlu untuk dijaga.
Collections
- UT - Nutrition Science [2987]