Show simple item record

Relationship Between Nutrients Intake and Body Fat Composition with The Capacity of Endurance Athletes at School Athletes Ragunan Jakarta.

dc.contributor.advisorRiyadi,Hadi
dc.contributor.authorAndhini, Rizky Agnestya
dc.date.accessioned2012-02-22T06:06:48Z
dc.date.available2012-02-22T06:06:48Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53489
dc.description.abstractPurpose of this study is to analyze the relationship between nutrients intake and body fat composition with the capacity of endurance athletes Ragunan jakarta school athletes. The study was conducted in March to May 2011 by using cross sectional study design. number of samples in this study were 33 athletes who come from three types of sport that vary by level of exercise intensity that is bultangkis sport athletes, wrestling, and athletics. data used are primary and secondary data. Primary data includes measurements of anthropometric data (weight, height, nutritional status, and body fat composition), nutrition knowledge and food consumption. While for the secondary data includes a fitness test result data as well as an overview of the school. The data were analyzed using Pearson correlation test, Spearman correlation test, Independent Sampel T-test, and ANOVA test. The results of this study include statistical test between gender with fitness level (VO2max) is the relationship (r =-0.65 , p < 0.05). Pearson test results showed the relationship between weight with a level of fitness (VO2Max) (r = -0.397, p < 0.05). spearman test results showed no significant relationship between nutritional status variable with the level of fitness (r = -0.031 ,p > 0.05). Statistical test results between a variable percentage of body fat and fitness levels showed a significant relationship (r = -0.651 ,p < 0.05). while for the test analysis between variables with sufficient levels of nutrients that athletes fitness levels showed a significant association was sufficient levels of iron (r = 0.612 ,p < 0.05). Based on sufficient levels of energy and other nutrients, almost all samples have a relatively normal level of adequacy. As for the level of adequacy of protein and fat from nearly all samples have sufficient levels that are categorized as excess. In addition to sufficient levels of carbohydrates, as much as 57.58% of the sample adequacy levels are still relatively less than the amount that was recommended (<60% of the total energy requirements).en
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara asupan zat gizi dan komposisi tubuh dengan kapasitas daya tahan tubuh atlet di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Tujuan khusus dari penelitian ini : 1) Menganalisis karakteristik responden berdasarkan pengukuran antropometri, status gizi dan komposisi tubuh 2). Menganalisis tingkat konsumsi energi, protein, lemak dan karbohidrat para atlet di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta 3). Menganalisis hubungan antara asupan zat gizi dengan kapasitas daya tahan tubuh atlet 4). Menganalisis hubungan antara komposisi tubuh dengan kapasitas daya tahan tubuh atlet. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu pengumpulan data pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta pada bulan Maret-April 2011. Sampel pada penelitian ini adalah siswa yang terdaftar sebagai atlet dari 3 cabang olahraga yang berbeda di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta. Cabang-cabang olahraga yang dipilih berdasarkan tingkat intensitas yang berbeda (intensitas sedang, endurance dan strength) yaitu dari cabang bulutangkis sebanyak 12 orang, cabang atletik sebanyak 13 orang, dan cabang gulat sebanyak 8 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 33 sampel. Siswa-siswa ini adalah calon atlet Indonesia binaan Menpora yang sedang menerima pendidikan dan pembinaan, sampel ditentukan secara purposive sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan sampel dan penyebaran kuesioner. Data primer ini meliputi, karakteristik sampel (jenis kelamin, usia, dan status gizi, pengukuran antropometri, serta komposisi tubuh. Sedangkan data sekundernya meliputi data hasil tes kebugaran (tes balke) dan gambaran umum mengenai profil sekolah. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik. Analisis data diolah dengan program Microsoft Excell dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0 for windows. Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman. Sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan yaitu dengan persentase sebesar 57.6% dan sisanya sebanyak 42.4% sampel berjenis kelamin laki-laki. Rata-rata usia sampel yaitu sekitar 16.33 ± 1.242 tahun. Berat badan sampel sebagian besar baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan berada dalam rentang 50-61 Kg dengan persentase masing-masing sebesar 64.29% dan 57.89%. Tinggi badan sampel terbanyak berada dalam rentang 166-170 cm yaitu dengan persentase sebesar 42.86% untuk sampel laki-laki dan pada sampel perempuan terbanyak berada dalam rentang 160-165 cm (36.84%). Hampir seluruh sampel memiliki status gizi yang tergolong normal baik sampel laki-laki maupun perempuan dengan persentase masing-masing sebesar 85.71% dan 84.21%. Tingkat pengetahuan gizi yang masih sampel yang berjenis kelamin laki-laki tergolong kurang (64.29%) dan tergolong sedang untuk sampel yang berjenis kelamin perempuan (68.42%). Hasil pengukuran terhadap persentase lemak tubuh sampel berdasarkan jenis kelaminnya, menunjukkan bahwa persentase lemak tubuh sampel yang berjenis kelamin laki-laki lebih rendah bila dibandingkan dengan sampel yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 10.02 ± 4.70 % dan 18.53 ± 5.68%. Sedangkan menurut cabang olahraganya, sampel yang berasal dari cabang olahraga gulat yang memiliki persentase lemak tubuh yang lebih kecil yaitu sebesar 12.288 ± 2.522% bila dibandingkan dengan cabang olahraga atletik maupun bulutangkis (14.09 ± 8.46% dan 17.575 ± 6.026 %). Berdasarkan tingkat kecukupan energi serta zat gizi lainnya, sebagian besar sampel memiliki tingkat kecukupan yang tergolong normal. Sedangkan untuk tingkat kecukupan protein hampir dari sampel laki-laki memiliki tingkat kecukupan protein yang tergolong normal (50%) sedangkan untuk sebagian besar sampel perempuan memiliki tingkat kecukupan protein yang tergolong berlebih (52.63%). Tingkat kecukupan lemak baik pada sampel laki-laki maupun perempuan sama-sama tergolong berlebih. Selain itu untuk tingkat kecukupan karbohidrat, baik pada sampel laki-laki maupun perempuan memiliki tingkat kecukupan yang masih tergolong kurang dari jumlah yang telah dianjurkan (<60% dari total kebutuhan energi). Untuk tingkat kecukupan vitamin A baik pada sampel laki-laki maupun perempuan sudah tergolong normal. Sedangkan untuk tingkat kecukupan vitamin C dan Fe pada sampel laki-laki lebih banyak yang tergolong normal bila dibandingkan dengan sampel perempuan. Sedangkan untuk tingkat kecukupan Ca, pada sampel perempuan lebih banyak yang tingkat kecukupan Ca yang normal bila dibandingkan dengan sampel yang berjenis kelamin laki-laki. Pengukuran terhadap tingkat kebugaran sampel digolongkan menjadi 2 yaitu berdasarkan jenis kelamin dan jenis cabang olahraganya. Pada penggolongan berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa nilai Vo2max laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 49.47 ± 3.39 ml/kg/menit. Sedangkan nilai Vo2max pada sampel perempuan adalah 43.59 ± 3.57 ml/kg/menit. Berdasarkan penggolongan menurut cabang olahraganya terjadi perbedaan antara perhitungan terhadap nilai Vo2max sampel. Dari ketiga cabang olahraga tersebut, terlihat bahwa atlet yang berasal dari cabang olahraga gulat memiliki nilai Vo2max yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan cabang olahraga atletik dan bulutangkis yaitu sebesar 48.79 ± 4.11 ml/kg/menit. sedangkan untuk cabang olahraga yang memiliki nilai Vo2max terendah adalah pada cabang olahraga bulutangkis yaitu sebesar 44.23 ± 2.78 ml/kg/menit. Uji analisis antar variabel yang dilakukan menunjukkan bahwa antara variabel jenis kelamin dengan tingkat kebugaran (Vo2max) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p < 0.05, r = -0.651). Hubungan antara variabel usia dengan tingkat kebugaran (Vo2max) menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan (p > 0.05, r = 0.152). Hubungan antara variabel berat badan dengan tingkat kebugaran (Vo2max) menunjukkan hubungan negatif yang signifikan (p < 0.05, r = -0.397). Hubungan antara variabel tinggi badan sampel dengan tingkat kebugaran atlet (VO2 max) menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p > 0.05, r= 0.166). Hubungan antara variabel status gizi sampel dengan tingkat kebugaran (Vo2max) menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan (p > 0.05, r = -0.145). Hubungan antara variabel persentasi lemak tubuh atlet dengan tingkat kebugaran atlet (VO2 max) menunjukkan hubungan negatif yang signifikan (p < 0.05, r = -0.651). Hubungan antara variabel tingkat kecukupan energi sampel dengan tingkat kebugaran atlet (VO2 max) menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p > 0.05, r = 0.275). Hubungan antara variabel pengetahuan gizi sampel dengan tingkat kecukupan energi yaitu menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p < 0.05, r = 0.860). Hubungan antara variabel tingkat kecukupan energi (TKE) dengan status gizi menunjukkan suatu hubungan yang signifikan (p < 0.05, r = -0.676).
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.subjectFood Intakeen
dc.subjectSkinfold thicknessen
dc.subjectVO2maxen
dc.subjectathlete’s nutritionen
dc.titleHubungan Antara Asupan Zat Gizi dan Komposisi Lemak Tubuh dengan Kapasitas Daya Tahan Tubuh Atlet di Sekolah Atlet Ragunan Jakartaen
dc.titleRelationship Between Nutrients Intake and Body Fat Composition with The Capacity of Endurance Athletes at School Athletes Ragunan Jakarta.


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record