Show simple item record

dc.contributor.authorZuraidah, Yenni
dc.date.accessioned2010-05-20T03:31:01Z
dc.date.available2010-05-20T03:31:01Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/23766
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku keluarga dalam mengalokasikan pengeluararmya untuk pendidikan dan kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi pengeluaran. Sampel penelitian ini adalah keluarga pegawai negeri sipil (PNS) golongan I, II dan III non dosen yang bekerjadi IPB. Penentuan keluarga contoh dalam penelitian ini dilakukan dengan metode penarikan contoh acak beriapis atas dasar golongan kepegawaian. Strata I untuk pegawai negeri golongan III dan strata II untuk pegawai negeri golongan I dan II. Dari masing-masing strata, diambil 30 keluarga contoh sehingga jumlah total dari contoh adalah 60 keluarga. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 1999. Data primer meliputi identitas dan karakteristik keluarga, pengeluaran pangan dan non pangan (kesehatan, pendidikan dan lainnya) serta data penghasilan tambahan dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data identitas keluarga meliputi tingkat pendidikan, strata, usia, jumlah anggota keluarga yang bekerja, jumlah anak yang sedang bersekolall dan jenjang pendidikan anak yang sedang bersekolah. Data gaji diperoleh dari Badan Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK-IPB). Data yang terkumpul ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif. Untuk melihat perbedaan pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan dan kesehatan sebelum dan pada saat terj adinya krisis ekonomi serta perbedaan pada strata I dengan strata II digunakan uji-t. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan total, besar keluarga, jumlah anggota keluarga yang bekelja, jumlah anak yang sekolah, jenjang pendidikan anak yang sekolah, pendidikan istri, strata dan kondisi terhadap alokasi untuk pendidikan dan kesehatan dilakukan analisis regresi berganda (Pedhazur, 1973). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia suami pada strata I adala..~ 42,9 tahun (Sd = 4,8) dan pada strata II adalah 39,6 tahun (Sd = 4,5). Rata-rata usia istri pada strata I adalah 39,2 tahun (Sd =5,2) dan pada strata II = 36,8 tahun (Sd =5,8). Rata-rata beban tanggungan pada strata I adalah 4,7 (Sd =1,1) dan pada strata II adalah 5,0 (Sd=I,6). Rata-rata lama pendidikan suami pada strata I adalah 14,2 tahun (Sd=3,9) atau berkisar antara SLTA sampai dengan PT dan pada strata II adalah 10,9 tahun (Sd = 2,9) atau berkisar antara lulus SLTP dengan SLTA. Rata-rata lama pendidikan istri pada strata I adalah 12,7 tahun (Sd = 2,6) atau berkisar lulus SLTA dan pada strata II adalah 9,9 tahun (Sd =3,3) atau berkisar lulus SLTP. Krisis ekonomi yang terjadi sangat berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran konsumsi rumah tangga secara rata-rata meningkat karena peningkatan semua harga baik barang maupun jasa. Proporsi pengeluaran kcluarga untuk pangan dan kesehatan mengalami peningkatan sedangkan proporsi pellgeluaran pendidikan dan lainnya mengalami penunman. Meningkatnya proporsi pengeluaran untuk pangan menunjukkan adanya kecenderungan menurunnya kesejahteraan masyarakat. Saat terjadinya krisis ekonomi, keluarga mengalami peningkatan pendapatan dalam nilai nominal yang berasal dari penambahan gajL Namun, peningkatan pendapatan ini tidak sebanding dengan peningkatan harga barang dan jasa sehingga 60 % keluarga strata I dan 66,7 % keluarga strata II memiliki pendapatan yang lebih kecil dari pengeluaran. Untuk mengatasi masalah keluarga tersebut, diadakan penyusunan kembali skala prioritas. Prioritas utama adalah pengeluaran pangan dan kesehatan, sedangkan pendidikan dan lainnya menjadi prioritas selanjutnya . .. -Al6kasipengeluarariunttik perididikan dan kesehatan sebelum dan saat terjadinya krisis ekonomi berbeda nyata aniara strata I dan strata II. Alokasi untuk pendidikan dan kesehatan seCal'a nominal mengalami peningkatan namun mengalami penurunan bila dilihat secara proporsional. Alokasi pengeluaran untuk pendidikan pada strata I saat terjadinya krisis ekonomi mengalami peningkatan dal'i Rp 21'};.776 . menjadi Rp 296.603 atau meningkat 39,4%. Bila dilihat dari proporsi terhadap pengeluaran tofal teljadi penurunan 3,4% yaitu dari 27,6% menjadi 24,2%. Pada strata II alokasi pengeluaran untuk pendidikan sebelum krisis sebesar Rp•128.470 menjadi Rp 154.449 atau meningkat 20,2%. Dalam proporsi pengeluaran terjadi penUlunan 4,8% yaitu dari 23,3% menjadi 18,5%. Hasil uji beda rata-rata pengeluaran pendidikan menunjukkan hasil yang berbeda nyata sebelum dan pada saat terjadi krisis ekonomi, demikian juga bila dibandingkan antara strata I dengan strata II. Pada strata I, pengeluaran kesehatan mengalami peningkatan dari Rp 64.469 menjadi Rp 103.690 atau meningkat 60,8%. Proporsi pengeluaran untuk kesehatan hanya meningkat 0,1 % yaitu dari 8,4% menjadi 8,5%. Pada strata II, pengeluaran kesehatan meningkat 71,4% yaitu dari Rp 46.827 menjadi Rp 80.257. Namun bila dilihat dari proporsinya, pengeluaran kesehatall hanya meningkat 1,1 % atau dari 8,5% menjadi 9,6%. Hasil uji beda rata-rata pengeluaran kesehatan menUl1jukkan hasil yang berbeda nyata sebelum dan saat krisis ekonomi. Pengeluaran lmtuk kesehatan pada saat sebelum krisis, tidak berbeda nyata antara strata I dengal1 strata II. Akibat krisis, perbedaan pengeluaran untuk kesehatall semakin nyata antara strata I dengan strata II. Alokasi pengeluaran untuk pendidikan dalam nilai nominal dipengaruhi oleh strata (β=-0,20), jumlah anak yang sedang sekolah (β =0,35), jenjang pendidikan anak yang sedal1g sekolah (β =0,29), kondisi (β =0,13) dan jumlah anggota keluarga yang bekerja (β =0,22). Sedangkan dalam bentuk persentase pengeluaran dipengaruhi oleh kondisi (β =-0,15), jumlah anak yang sedang sekolah (β =0,53), jenjang pendidikan anak yang sedang sekolah (β =0,26) dan jumlah anggota keluarga yang bekerja (β =0,15). Alokasi pengeiuaran Ulltuk kesehatan dipenganlhi oleh kondisi (p=O,40), jumlah anggota keluarga yang bekerja (~=0,33), strata (~=-O,16) dan pendidikan istri (13=0,35). Dalam bentuk persentase pengeluaran, faktor yang berpengaruh nyata adalah penghasilan (13=0,38) dan kondisi (13=0,17). Cara yang cukup sering dilakukan keluarga untuk mengatasi kesulitan biaya pendidikan dan kesehatan adalah dengan cara meminjam, maka untuk IPB disarankan agar lebih meningkatkan kegunaan koperasi pegawai ataupun paguyuban yang ada agar dapat membantu kesejahteraan pegawai di lingkungan Institut Pertanian Bogor. Pemberian bantuan beasiswa bagi anak-anak pegawai IPB yang akan melanjutkan sekolah terutama padajenjang SLTA ke atas, akan sangat membantu meningkatkan keuangan keluarga untuk peningkataiJ. kualitas anaknya.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePengaruh Krisis Ekonomi terhadap Alokasi Pengeluaran untuk Pendidikan dan Kesehatan Keluarga. Skripsi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertaniall. Institut Pertanian Bogorid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record