Kebiasaan Makan dan Status Gizi Murid Kelas I Sekolah Dasar di Daerah Idt dan Non Idt (Kasus di Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Poasia, Kotamadya Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara)
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dan status gizi murid kelas 1 sekolah dasar di daerah lOT dan non IDT. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebiasaan makan murid kelas 1 SO di daerah lOT dan non lOT, dan mempelajari perbedaannya. Mempelajari hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan frekuensi konsumsi lauk pauk di daerah IDT dan non IDT. Mengkaji perbedaan status gizi dan tingkat konsumsi murid kelas 1 SO di daerah lOT dan non lOT. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Poasia, Kotamadya Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Mei 1999. Sampel dalam penelitian ini adalah murid kelas satu Sekolah Oasar (SD), dan responden adalah ibu dari sam pel yang terpilih. Oata primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa identitas sampel, data antropometri yaitu BB dan TB, pendidikan orang tua, pendapatan, kesehatan anak, kebiasaan makan, konsumsi dan status gizi anak. Oata sekunder meliputi keadaan umum wilayah dan keadaan umum sekolah. Data primer ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan statistik. Status gizi anak dinilai dengan indikator BBfU, TBfU dan BB/TB berdasarkan persen terhadap median. Pengelompokan menjadi dua, yaitu (a) status gizi baik (>80% median BBfU, >90% BB/TB dan >95% TBfU) (b) status gizi kurang «80% median BBfU, <90% median BB/TB dan <95% median TBfU). Tingkat konsumsi dikelompokkan menjadi dua yaitu (a)baik (>70% kecukupan) (b) kurang «70% kecukupan). Pengelompokan pendapatan dilakukan berdasarkan garis kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS Propinsi Sulawesi Tenggara. Frekuensi makan anak di kedua daerah terbanyak adalah dua kali sehari. Kebiasaan sarapan pagi, dan kebiasaan mencuci tangan dilakukan oleh sebagian besar anak. Jenis sarapan pagi yang berupa kue-kue dan kebiasaan jajan pada hampir sebagian besar anak berdampak pada kurangnya konsumsi energi. . Frekuensi konsumsi lauk pauk yang didominasi oleh sumber protein hewani yaitu ikan telah mencukupi kecukupan protein anak. Ikan merupakan lauk yang paling sering di konsumsi. Keadaan ini disebabkan karena ketersediaan dan harganya yang relatif lebih murah di bandingkan dengan jenis lauk yang lain. Secara umum dapat dikatakan hampir tidak terdapat perbedaan kebiasaan makan di daerah lOT dan non IDT. Hal ini di perkuat dengan hasil uji statistik (p=0,379). Status gizi anak yang dilihat dengan menggunakan indikator BBfU, TBfU dan BB/TB menunjukkan persentase tertinggi gizi kurang pada indikator TBfU dan terendah pada indikator BB/TB. Berdasarkan hasil uji tidak ada perbedaan BBfU dan TBfU anak di daerah lOT (p=0,522) dan non lOT (p=0,863). Menurut jenis kelamin, terdapat perbedaan BBfU (p=0,024) pada anak laki-Iaki maupun perempuan tetapi tidak terdapat perbedaan TBfU (p=0,134) pada keduanya. Konsumsi energi di daerah lOT maupun lOT sebagian besar adalah kurang. Hal ini disebabkan karena frekuensi makan anak yang hanya dua kali sehari dan jenis makanan anak yang sebagian besar merupakan makanan jajanan yang manis. Konsumsi Protein di kedua daerah menunjukkan sudah baik. Keadaan ini kemungkinan disebabkan karena frekuensi konsumsi ikan yang tinggi di kedua daerah. Tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi cenderung menyebabkan anak memiliki kebiasaan makan (frekuensi lauk pauk) yang makin baik tetapi hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kebiasaan makan anak(p=O,669). Oemikian pula dengan tingkat pendapatan, tidak berhubungan dengan kebiasaan makan anak (p=0,472). Oata hasil penelitian menunjukkan makin tingginya tingkat konsumsi energi dengan makin baiknya status gizi anak. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat konsumsi energi anak di daerah lOT dan non lOT (p=O, 161). Tetapi makin tingginya tingkat konsumsi protein belum tentu makin baik status gizi anak, dan hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat konsumsi protein di daerah lOT dan non lOT (p=O,806).
Collections
- UT - Nutrition Science [2986]