Peran Budaya Kerja terhadap Operasional Bisnis: Studi Kasus di Kafe Caferacer

Abstract

Penelitian ini menganalisis peran budaya kerja terhadap operasional bisnis di UMKM tematik Kafe Caferacer yang diindikasikan mengalami kendala fluktuasi COGS serta stagnasi jumlah dan nilai rata-rata transaksi. Penelitian ini bertujuan untuk: mendeskripsikan gambaran umum perusahaan; mengidentifikasi profil budaya kerja; mendeskripsikan aktivitas operasional bisnis; menganalisis peran budaya kerja terhadap operasional bisnis; dan merumuskan strategi alternatif. Metode yang digunakan adalah campuran sekuensial eksplanatori: profil budaya dianalisis dengan kerangka Competing Values Framework (CVF) melalui instrumen Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI); operasional bisnis dideskripsikan menggunakan Value Chain Analysis (VCA); dan rekomendasi strategi menggunakan kerangka Fishbone. Hasil menunjukkan profil budaya hibrida yang didominasi budaya adhocracy dan clan, namun lemah pada hierarchy dan market. Dominasi budaya fleksibel ini mendorong inovasi dan layanan, tetapi lemahnya struktur formal menjadi akar kendala operasional seperti inkonsistensi produk dan inefisiensi inventaris. Implikasi manajerial yang dirumuskan berfokus pada introduksi SOP secara bertahap, formalisasi komunitas, dan peningkatan koordinasi antartim untuk menyeimbangkan fleksibilitas dengan kontrol.

This study analyzes the role of work culture on operational performance at Kafe Caferacer, a thematic MSME, prompted by constraints of COGS fluctuation and transaction stagnation. The objectives are to describe the company overview, identify the cultural profile, map operational activities, analyze the culture's role, and formulate alternative strategies. Using a mixed-methods sequential explanatory design, the cultural profile is analyzed via the Competing Values Framework (CVF) and OCAI instrument; operations are mapped using Value Chain Analysis (VCA); and strategies are developed with the Fishbone framework. Results show a hybrid culture dominated by adhocracy and clan, but weak in hierarchy and market. This flexibility drives innovation and service, yet the weak formal structure causes operational constraints like product inconsistency and inventory inefficiency. Recommendations focus on gradual SOP introduction, community formalization, and improved team coordination to balance flexibility with control.