Faktor Determinan Konsumsi Pangan Penduduk dan Hubungannya dengan Prevalensi Stunting pada 34 Provinsi di Indonesia

Abstract

Stunting merupakan permasalahan gizi kronis yang masih terjadi di Indonesia, dengan prevalensi sebesar 21,5%. Stunting tidak hanya mengganggu perkembangan fisik dan mental tetapi juga menurunkan produktivitas serta berisiko meningkatkan penyakit metabolik di masa depan. Kejadian stunting eratkaitannya dengan kualiatas dan kuantitas konsumi pangan penduduk. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor terkait konsumsi pangan penduduk dan hubungannya dengan prevalensi stunting pada 34 provinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang mecakup data PDRB, pengeluaran pangan, tingkat kemiskinan, indeks pembangunan manusia, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, skor pola pangan harapan, prevalensi stunting. Data diolah dan di ananlisis secara kuantitatif dengan metode desktiptif eksploratif. Hasil penelitian ini menunjukkan situasi ekonomi, tingkat kesejahteraan dan konsumsi pangan penduduk pada 34 provinsi di Indonesia menunjukkan nilai yang bervariasi antarprovinsi. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan pengeluaran pangan per kapita berhubungan positif signifikan dengan TKP (r=0,443; p=0,009). Tingkat Kesejahteraan terhadap konsumsi Kemiskinan berhubungan negatif signifikan dengan TKE (r=-0,369; p=0,032) dan TKP (r=-0,564; p=0,001). IPM berhubungan positif kuat dan signifikan dengan TKE (r=0,433; p=0,011), TKP (r=0,616; p=0,000), dan skor PPH (r=0,586; p=0,000). Tingkat Kecukupan Protein menunjukkan hubungan negatif signifikan (r=-0,365; p=0,034) terhadap prevalensi stunting dan skor PPH memiliki korelasi negatif paling kuat (r=-0,662; p=0,000) terhadap prevalensi stunting.

Stunting is a chronic nutritional problem that persists in Indonesia, with a prevalence of 21.5%. Stunting not only impairs physical and mental development but also decreases productivity and increases the risk of metabolic diseases in the future. The incidence of stunting is closely related to the quality and quantity of the population's food consumption. This study aims to analyze the factors related to food consumption and their relationship with stunting prevalence in 34 provinces across Indonesia. This study uses secondary data, including per capita Gross Regional Domestic Product (GRDP), food expenditure, poverty rate, Human Development Index (HDI), energy adequacy level, protein adequacy level, a hopeful food pattern (HFP) score, and stunting prevalence. The data were processed and analyzed quantitatively using a descriptive exploratory method and Spearman's rank correlation. The results of this study show that the economic situation, welfare levels, and food consumption of the population in the 34 provinces of Indonesia vary. The Spearman's rank correlation test results show that per capita food expenditure has a significant positive correlation with the protein adequacy level (r=0.443; p=0.009). The poverty rate has a significant negative correlation with the energy adequacy level (r=-0.369; p=0.032) and the protein adequacy level (r=-0.564; p=0.001). The HDI has a strong and significant positive correlation with the energy adequacy level (r=0.433; p=0.011), the protein adequacy level (r=0.616; p=0.000), and the HFP score (r=0.586; p=0.000). The protein adequacy level shows a significant negative correlation (r=-0.365; p=0.034) with stunting prevalence, while the HFP score has the strongest negative correlation (r=-0.662; p=0.000) with stunting prevalence.