Analisis Kesenjangan Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik pada UMKM Arivandi Herbalindo Alami
Abstract
Pada tahun 2023, terdapat 1.722 kasus keracunan makanan di Indonesia,
64,46% di antaranya terkait makanan dan minuman akibat rendahnya penerapan
CPPOB. Penelitian ini mendampingi UMKM Arivandi Herbalindo Alami di Bogor
dalam menerapkan CPPOB untuk memperoleh sertifikat IP-CPPOB. Metode
meliputi studi literatur, observasi, analisis kesenjangan, serta rekomendasi dan
implementasi perbaikan. Sebelum pendampingan, tingkat ketidaksesuaian CPPOB
tercatat 47% (33 temuan) dengan rating C (Kurang). Setelah pendampingan,
kesesuaian meningkat menjadi 95% dengan hanya tiga ketidaksesuaian dan
peringkat sarana produksi naik menjadi A (Sangat Baik). Uji statistik Wilcoxon
Signed-Rank Test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kondisi
sebelum dan sesudah pendampingan (Asymp. Sig = 0,000 < 0,05), yang
menandakan bahwa kegiatan pendampingan berkontribusi signifikan terhadap
peningkatan penerapan CPPOB. In 2023, there were 1,722 food poisoning cases in Indonesia, with 64.46%
linked to food and beverages due to poor implementation of Good Processed Food
Production Practices (CPPOB). This study assisted the Arivandi Herbalindo Alami
SME in Bogor in implementing CPPOB to obtain the IP-CPPOB certificate. The
methods included literature review, observation, gap analysis, and
recommendations with improvements. Before assistance, CPPOB nonconformity
was 47% (33 findings) with a production facility rating of C. After assistance,
compliance rose to 95% with only three nonconformities, raising the facility rating
to A. The Wilcoxon Signed-Rank Test showed a significant difference (Asymp. Sig
0.000 < 0.05), indicating that the mentoring program effectively improved CPPOB
implementation.
