Hidrolisis Asam Untuk Meningkatkan Gula Pereduksi Dalam Proses Pembuatan Etanol dari Makroalga (Eucheuma cottonii)
Abstract
Pada era global sekarang ini konsumsi manusia terhadap bahan bakar fosil semakin
meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi yang terus meningkat. Sebagai sumberdaya yang
tidak dapat diperbaharui, pemanfaatan energi fosil dalam jumlah yang besar telah menjadi faktor
timbulnya permasalahan baru. Pertama, persediaan energi fosil dunia semakin cepat berkurang yang
berdampak pada semakin meningkatnya harga energi dan menghambat peningkatan kesejahteraan.
Kedua adalah pemanfaatan energi fosil, telah melahirkan masalah lingkungan dalam bentuk
pencemaran karbondioksida dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer yang menjadi penyebab
pemanasan global. Ketiga adalah adanya suatu hipotesis, bahwa sebagai akibat dari penambangan
minyak bumi dan gas bumi telah menurunkan kepadatan material di bumi, sehingga terjadi penurunan
tingkat daya dukung bumi atas beban di permukaannya. Keempat adalah meningkatnya kesulitan
dalam penambangan bahan energi fosil karena lokasi dan keberadaan yang semakin jauh dan
membutuhkan teknologi baru yang lebih maju. Maka dari itu diperlukan peralihan dari sumber energi
yang tidak bisa diperbaharui ke sumber energi yang bisa diperbaharui yang berasal dari makhluk
hidup contohnya makroalga E.cottonii. Makroalga merupakan bahan hayati yang mudah
dibudidayakan sehingga sangat berpotensi dikembangkan menjadi sumber energi terbarukan seperti
Bioetanol. Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia melalui proses fermentasi gula dari bahan
baku karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme, etanol yang diproduksi dipisahkan dari air
melalui proses destilasi dan dehidrasi.
Proses menghasilkan etanol dengan kadar tinggi membutuhkan kandungan gula yang tinggi sebagai sumber makanan mikroorganisme selama proses fermentasi berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan gula pereduksi minimal menjadi 15% (b/v). Hidrolisis asam merupakan salah satu proses penting dalam menghasilkan gula pereduksi. Hidrolisis asam dilakukan dengan memberikan perlakuan konsentrasi asam dan waktu hidrolisis. Hasil terbaik dari perlakuan tersebut kemudian dipekatkan menggunakan evaporator vakum, freeze dryer, dan air mendidih. Hasil pemekatan tersebut selanjutnya difermentasi untuk mendapatkan etanolnya.
Hidrolisis asam dilakukan secara bertahap menggunakan 15% padatan dan konsentrasi asam (H2SO4) 3% dan 5% dengan perlakuan disaring atau tanpa disaring. Waktu hidrolisis berlangsung selama 15 menit pada tahap satu dan 45 menit pada tahap dua dengan suhu 121°C. Perlakuan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam terhadap total padatan dan gula pereduksi yang dihasilkan serta mengetahui pengaruh proses penyaringan ampas hidrolisat terhadap total padatan dan gula pereduksi yang dihasilkan.
Hidrolisis asam menggunakan asam 5% tanpa disaring menghasilkan gula pereduksi sebesar 6.94% (b/v), sedangkan dari proses penyaringan dihasilkan gula pereduksi sebesar 5.09% (b/v). Sementara hidrolisis menggunakan asam 3% tanpa disaring menghasilkan gula pereduksi sebesar 6.30% (b/v), sedangkan dari proses penyaringan dihasilkan gula pereduksi sebesar 4.66% (b/v). Pada perlakuan waktu hidrolisis digunakan waktu hidrolisis tahap satu dan tahap dua yaitu 15 menit dan 45 menit, 30 menit dan 30 menit, dan 30 menit dan 45 menit. Perlakuan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu hidrolisis terhadap total padatan dan gula pereduksi yang dihasilkan. ..dst