dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan mempelajari metode pembuatan tepung singkong yang berkadar HCN rendah, serta mempelajari kemungkinan pemanfaatannya sebagai pensubstitusi terigu dalam pembuatan mie. Selain itu dipelajari pula pembuatan tepung tempe sekaligus pemanfaatannya sebagai penambah jumlah protein dalam produk tersebut.
Pada pembuatan tepung singkong dilakukan pengamatan terhadap kadar HCN dan derajat putih, sedangkan pada pembuatan tepung tempe dilakukan pengamatan derajat putih. Pengamatan yang dilakukan pada mie kering adalah derajat putih, kehilangan padatan akibat pemasakan, daya serap air, uji organoleptik (warna mie kering, warna mie rebus, aroma, rasa, tekstur), aw, total kapang, kadar protein dan daya cerna protein in vitro. Pengamatan juga dilakukan untuk mempelajari pengaruh penyimpanan terhadap mutu produk
tersebut.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa metode pembuatan tepung singkong yang dapat menekan kadar HCN serendah mungkin meliputi tahap pencucian (perendaman dalam air selama 15 menit dan ditiriskan 5 menit), pengepresan (selama
melalui
15 menit pada tekanan 6 kg/cm²), dan pengeringan
proses penjemuran.
Tepung tempe yang memiliki derajat putih tinggi dibuat dengan cara pemblansiran selama 10 menit dan pengeringan pada suhu 55°C selama 24 jam.
Pada pembuatan mie, perlakuan substitusi maupun fortifikasi berpengaruh pada mutu adonan dan mie kering yang dihasilkan. Substitusi tepung terigu oleh tepung singkong yang dapat dilakukan tanpa mengurangi mutu mie adalah sebesar 10%. Sedangkan fortifikasi tepung tempe dilakukan dengan jumlah 10 % dari total berat tepung campuran. Produk dengan nilai subtitusi dan fortifikasi sebesar itu memiliki kadar protein yang lebih besar dibandingkan dengan mie yang dibuat dari tepung terigu.
Penyimpanan mie kering yang dikemas dalam kantong plastik selama enam minggu pada suhu ruang tidak berpenga- ruh terhadap mutu produk, kecuali terhadap nilai aw. Akan tetapi karena rendahnya nilai a produk, yaitu antara 0.53- 0.60, produk ini dapat diharapkan memiliki umur simpan yang cukup lama, sekurang-kurangnya enam minggu tanpa mengurangi mutunya. | id |