Show simple item record

dc.contributor.advisorZakaria, Fransisca Rungkat
dc.contributor.authorImanah, Nurrochmah Al
dc.date.accessioned2024-03-22T03:16:24Z
dc.date.available2024-03-22T03:16:24Z
dc.date.issued1994
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/142972
dc.description.abstractPisang Raja Bulu (Musa paradisiaca) adalah salah satu tanaman buah yang mengandung karotenoid, terutama B-karoten sehingga dapat berfungsi sebagai sumber provitamin A. Perlakuan pengeringan dapat mengubah sifat kimia dari B-karoten pisang, sehingga dapat mempengaruhi ketersediaan hayatinya. Efisiensi pencernaan dan penyerapan (faktor konversi) B-karoten murni dalam tubuh manusia menurut FAO/WHO adalah 1/6 (6 µg B-karoten yang dikonsumsi akan dikonversi di dalam pencernaan dan penyerapan- nya menjadi 1 µg retinol). Keadaan tersebut tentu berbeda jika B-karoten yang dikonsumsi tidak dalam bentuk murni, tetapi terdapat dalam bahan pangan nabati yang berkaitan dengan komponen gizi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kandungan B-karoten pada pisang Raja Bulu dan ketersediaan hayati B-karoten dari pisang Raja Bulu yaitu efisiensi konsumsi B-karoten yang terdapat dalam pisang tidak hanya pada pencernaan dan penyerapannya tetapi juga sampai pada penggunaan, distribusi dan penyimpanan di dalam tubuh. Selain itu juga dilihat pengaruh pengolahan sale pisang terhadap kandungan B- karotennya. Berdasarkan analisa dengan metode HPLC menggunakan kolom vydac C-18 201 TP 54 dengan fase mobil MeOH: ACN:CHC13 (48.5:38.5:3.0), diketahui kandungan B- karoten pisang Raja Bulu segar yang dibeli dari pasar "Gunung Batu" Bogor adalah sebesar 1.36 µ/g bahan. Sedangkan pisang sale sebesar 0.03 µg/g bahan. Proses pengolahan tersebut menurunkan kandungan B-karoten sebesar 98%. Tikus yang digunakan untuk mempelajari ketersediaan hayati dalam penelitian ini adalah tikus Wistar yang berumur 20 - 28 hari dengan masa adaptasi laboratorium selama 10 hari. Ada empat kelompok tikus yang diperlakukan meliputi kelompok kontrol standar, yang tidak pernah mangalami masa deplesi (masa untuk menurunkan kandungan retinol yang telah tersimpan di hati) dengan pemberian diet standar; kelompok kontrol negatif yang tidak pernah mengalami masa replesi (pemberian diet yang mengandung B-karoten untuk melihat kenaikan kandungan retinol di hati setelah dilakukan deplesi) dengan pemberian diet kurang vitamin A; kelompok kontrol positip, mengalami masa deplesi dengan pemberian diet kurang vitamin A dan masa replesi dengan pemberian diet standar; dan kelompok pisang, mengalami masa deplesi dengan pemberian diet kurang vitamin A dan masa replesi dengan pemberian diet pisang. ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKetersediaan hayati B-karoten pisang raja bulu(Musaparadisiaca) pada hati dan plasma tikus(Rattus novergicus) serta pengaruh pengolahan sale pisang terhadap kandungan B-karotennyaid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record