| dc.description.abstract | Salah satu alternatif agar terjalin sinkronisasi antara ketersediaan benur dengan musim tanam adalah dengan penam- pungan benur dengan jalan pengontrolan uküran benur melalui penahanan laju pertumbuhan atau "stunting". Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan "stunting" udang windu antara lain suhu, padat penebaran, ukuran (umur) dan lama pemeliha raan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan melihat tingkat kelangsungan hidup dan pertum- buhan pasca larva udang windu (Penaeus monodon Fab.) Pl 12, Pl 20 dan Pl 28 yang dipelihara pada suhu 20 - 23°C selama enam minggu dengan padat penebaran 2000 ekor per meter persegi.
Jenis udang yang digunakan pada penelitian ini adalah udang windu Pl 12, Pl 20 dan Pl 28 dengan berat rata-rata berturut-turut 1,2 mg, 4,17 mg dan 24,0 mg yang diperoleh dari pembenihan dan merupakan perlakuan pada penelitian ini. Parameter yang diukur adalah tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian dan kualitas fisika-kimia air. Parameter kualitas fisika-kimia air yang diukur adalah oksigen terlarut, pH, salinitas dan amonia (NH3-N).
Tingkat kelangsungan hidup Pl 12, Pl 20 dan Pl 28 bertu- rut-turut 44,60 %, 63,26 % dan 68,90 %, berbanding terbalik dengan laju pertumbuhan hariannya masing-masing 5,64 %, 3,59 % dan 3,00 %. Tingkat kelangsungan hidup udang cenderung mening- kat dengan meningkatnya umur pasca larva, tetapi antara P1 20 dengan Pl 28 diperoleh hasil yang sama. Hal ini berarti bah- wa sistem "stunting" mampu mendukung kelangsungan hidup udang windu mulai umur Pl 20.
Kematian udang bukan disebabkan karena penurunan kuali- tas air karena kualitas air dapat dipertahankan layak bagi kehidupan udang berkat penggunaan sistem resirkulasi dengan zeolit sebagai filter yang dapat mengikat amonia dari air. Kematian udang disebabkan karena udang tidak mampu mentole- ransi perubahan fisika-kimia lingkungan "stunting" dan ter- jadinya kanibalisme udang…. | id |