| dc.description.abstract | Pepaya (Carica papaya L.) dan rambutan (Nephelium lappaceum L.) termasuk dalam buah-buahan tropis yang banyak terdapat di Indonesia. Biji buah-buahan tersebut yang selama ini hanya digunakan untuk perkembangbiakan vegetatif ataupun dibuang sebagai limbah, mungkin dapat dijadikan sumber minyak atau lemak alternatif jika ditangani dengan baik. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mempelajari karakteristik fisik dan kimia dari minyak biji buah-buahan tropis, antara lain: rambutan (Nephelium lappaceum L.) var. Binjai dan Rapiah serta minyak biji pepaya (Carica papaya L.) var. Semangka.
Untuk memperoleh minyak, dilakukan ekstraksi dengan metode Soxhlet. Biji rambutan dikeringkan pada suhu 70-75°C sedangkan biji pepaya dikeringkan pada suhu 55-60°C. Biji-bijian tersebut digiling hingga berbentuk tepung, dan diekstrak dengan menggunakan pelarut heksan selama 6 jam. Campuran minyak dan pelarut kemudian dipisahkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 43°C dan kecepatan putaran 70 rpm. Minyak disimpan dalam botol gelap di bawah atmosfer N2. Analisa yang dilakukan yaitu berat jenis, indeks bias, warna, bilangan iod, bilangan asam, bilangan penyabunan, materi tak tersabunkan, komposisi asam lemak dan Solid Fat Content (SFC).
Minyak biji pepaya varietas Semangka memiliki karakteristik sebagai berikut: berat jenis (30°C) 0,8377 dan indeks bias (25°C) 1,4585. Warna jingga kemerahan dengan 11,1 R+ 46,1 Y + 1,9 B menunjukkan kemungkinan adanya padatan terikut dalam minyak. Bilangan iod 81,64 mengindikasikan minyak pepaya memiliki derajat ketidakjenuhan yang relatif tinggi. Bilangan asam 3,00; kadar asam 1,51 (% ALB); bilangan penyabunan 190,75; dan materi tak tersabunkan 3,9421 %. Komposisi asam lemak penyusun utama yaitu oleat sebesar 70,5% mengindikasikan minyak pepaya dapat dipergunakan sebagai sumber oleat alternatif. Pada minyak bij pepaya tidak terdapat lemak padat pada suhu 20°C, 25°C, 30°C, 35°C dan 40°C sehingga minyak biji pepaya tidak cocok diaplikasikan sebagai pengganti lemak coklat.
Dari hasil analisa karakterisasi minyak biji rambutan var. Rapiah yaitu dengan berat jenis (30°C) 0,8863 dan indeks bias (25°C) 1,4595. Warna minyak kuning tua agak keruh dengan 2,7 R + 27 Y + 0,8 B menunjukkan kemungkinan adanya padatan biji-bijian terikut pada minyak. Bilangan iod 45,43 menunjukkan minyak rambutan relatif jenuh. Bilangan asam 2,77; kadar asam 1,40 (% ALB); bilangan penyabunan 192,34 dan materi tak tersabunkan 3,5480%. Komposisi asam lemak penyusun utarna oleat 37,4% dan arakidat 38,5% menyebabkan minyak rambutan berbentuk menyerupai pasta pada suhu kamar. Pengukuran SFC menunjukkan persentase lemak padat 15,53% (20°C); 5,73% (25°C); 1,07%(30°C); 0,58% (35°C) dan 0% (40°C) sehingga ada peluang minyak rambutan var. Rapiah dapat digunakan sebagai pengganti lemak coklat. Minyak biji rambutan var. Binjai dengan berat jenis (30°C) 0,8937 dan indeks bias (25°C) 1,4605, warna minyak kuning muda agak keruh dengan 2R + 10 Y + 1,1 B mengindikasikan adanya padatan terikut pada minyak sehingga pengukuran berat jenis dan indeks bias perlu dilakukan pada minyak yang telah dimurnikan. Bilangan iod 43,96 menunjukkan derajat ketidakjenuhan yang rendah. Bilangan asam 0,97; kadar asam 0,49 (% ALB); bilangan penyabunan 187,48 dan materi tak tersabunkan 4,0833%. Komposisi asam lemak penyusun utama oleat 40,0% dan arakidat 34,5%, sehingga bentuk fisik minyak rambutan var. Binjai menyerupai pasta pada suhu kamar. Pengukuran persentase lemak padat 22,68% (20°C), 11,15% (25°C), 1% (30°C) dan 0% (35°C) juga menunjukkan prospek penggunaan minyak tersebut sebagai penganti lemak coklat. | id |
