Show simple item record

dc.contributor.advisorJenie, Betty Sri Laksmi
dc.contributor.advisorSuliantari
dc.contributor.authorSuryadi, Peter
dc.date.accessioned2024-02-15T08:24:35Z
dc.date.available2024-02-15T08:24:35Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/138724
dc.description.abstractIkan merupakan komoditi hasil perikanan yang mempunyai sifat cepat busuk. Salah satu faktor yang menentukan produk akhir pengolahan ikan adalah mutu kesegaran bahan mentahnya. Sebagai bahan mentah, ikan lebih cepat mengalami proses pembusukan jika dibandingkan dengan makanan lainnya. Pada prinsipnya proses pembusukan tersebut disebabkan oleh aktivitas mikroba dan perubahan-perubahan kimiawi yang ditimbulkan oleh enzim-enzim serta oksidasi pada lemak ikan. Untuk memenuhi kebutuhan akan ikan, tidak mungkin seluruh hasil tangkapan dikonsumsi dalam bentuk segar. Alternatif yang memungkinkan dan telah banyak dilakukan di Indonesia dalam hal penanganan hasil tangkap ialah pengolahan ikan secara tradisional, diantaranya dilakukan dengan pemindangan. Pemindangan merupakan salah satu cara pengolahan tradisional, dimana produk olahannya masih memiliki sifat-sifat seperti ikan segar. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen, sehingga produk pindang banyak digemari. Bakteri asam laktat telah digunakan secara luas dalam mengendalikan beberapa produk pangan. Komponen-komponen antimikroba (asam laktat, diasetil, hidrogen peroksida dan bakteriosin) yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat ini, mampu meningkatkan umur simpan berbagai jenis produk segar, termasuk diantaranya ikan segar. Kultur BAL ditumbuhkan ke dalam media susu skim 10%, glukosa 2%, ekstrak kamir 2%, tripton 1% dan tween 1%, kemudian diinkubasi selama 2 hari. Selanjutnya ikan pindang direndam dalam kultur BAL selama 2 jam. Untuk melihat adanya aktivitas penghambatan BAL tersebut dilakukan pengujian terhadap bakteri S aureus dan B. cereus dengan menggunakan uji difusi sumur. Analisa yang dilakukan meliputi analisa kimia, yaitu nilni pH, kadar air, kadar garam, kadar TVN dan TMA. Analisa mikrobiologis meliputi pengujian terhadap bakteri S. aureus dan B. cereus. Sedangkan analisa organoleptik, meliputi pengujian terhadap aspek penampakan, bau dan tekstur. Hasil dari analisa mikrobiologis yang dilakukan menunjukkan bahwa pengaruh kombinasi BAL Lb. plantarum dan Lc. lactis subsp. cremoris (2:1) dan garam NaCl, dengan lama perendaman selama 2 jam, diperoleh produk ikan pindang terbaik pada penggaraman 12% dengan penyimpanan hari ke-0. Jumlah S. aureus dan B. cereus rata-rata yang diperoleh, yaitu 3,8 x 10 dan 2,9 x 102 CFU/g. Jumlah ini lebih rendah satu satuan log lebih dibandingkan dengan ikan pindang kontrol (tanpa BAL). Berdasarkan hasil analisa kimia, produk ikan pindang yang terbaik adalah ikan pindang yang direndam ke dalam BAL dan memiliki konsentrasi garam 12% serta disimpan pada hari ke-0. Kadar air yang diperoleh adalah 70,42%, dengan nilai pH 5,26. Kandungan garam yang terdapat pada ikan tersebut adalah 2,59%, sedangkan nilai TVN dan TMA rata-ratanya masing-masing sebesar 20,86 dan 11,75. Analisa secara organoleptik menunjukkan bahwa ikan pindang yang direndam ke dalam BAL dengan konsentrasi garam 12% dan disimpan pada hari ke-0, merupakan produk terbaik yang dihasilkan dalam penelitian ini. Skor masing-masing organoleptik dari segi penampakan, tekstur dan bau yang diperoleh adalah 9,0; 8,9 dan 8,1.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleAplikasi bakteri asam laktat pada pembuatan pindang ikan kembung perempuan (Rastrelliquer brachysoma) rendah garamid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record