Show simple item record

dc.contributor.advisorSoekarto, Soewarno T.
dc.contributor.advisorAdawiyah, Dede R.
dc.contributor.authorMursilah, Melly
dc.date.accessioned2024-02-13T01:58:51Z
dc.date.available2024-02-13T01:58:51Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/138356
dc.description.abstractKerupuk kulit merupakan produk olahan bahan samping dari kulit hewan. Salah satu tahapan dalam pembuatan kerupuk kulit adalah proses pengeringan. Pengeringan merupakan faktor penting dan dapat menentukan mutu kerupuk kulit, karena pengeringan yang baik dapat menentukan mutu kerupuk kulit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh tingkat kadar air terhadap pengembangan dan sifat-sifat mutu kerupuk kulit dari bahan kulit kerbau. Parameter yang diamati yaitu kadar air, volume pengembangan, kerenyahan, warna dan porositas. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yang pertama adalah penyetimbangan kadar air kulit kering dan kerupuk kulit mentah (ungkep) dan yang kedua adalah percobaan penggorengan kerupuk dengan menggunakan oven gelombang mikro. Hasil yang diperoleh dari tahap pertama adalah kurva isotermi kerupuk kulit, baik kulit kering maupun kerupuk kulit ungkep berbentuk sigmoid dengan kadar air kesetimbangan kulit kering lebih tinggi daripada kerupuk kulit ungkep. Dari hasil analisis air terikat diperoleh data bahwa kapasitas air terikat primer untuk kulit kering dan kerupuk kulit ungkep masing-masing adalah 8.35 dan 5.27 (%b.k.) yang berkesetimbangan dengan aw 0.28 dan 0.23, kapasitas air terikat sekunder untuk kedua kerupuk masing-masing adalah 19.39 dan 10.96 (%b.k.) yang berkesetimbangan dengan aw 0.73 dan 0.64 dan kapasitas air terikat tersier untuk masing-masing kerupuk adalah 73 dan 66 (ob.k.). Hasil yang diperoleh dari tahap kedua yaitu volume pengembangan dan kerenyahan kerupuk kulit goreng dipengaruhi oleh tingkat kadar air kerupuk ungkepnya. Volume pengembangan dan kerenyahan optimum berada di daerah air terikat sekunder. Di bawah kapasitas air terikat sekunder dan di atas kapasitas air terikat sekunder terjadinya penurunan volume pengembangan kerupuk goreng. Volume pengembangan maksimum terjadi pada kadar air sekitar 7 (%b.k.) yang berada di daerah air terikat sekunder. Daerah sangat renyah berada pada daerah air terikat sekunder. Pada daerah air terikat primer kerupuk goreng dinilai agak renyah dan di daerah air terikat tersier kerupuk goreng dinilai renyah. Kerupuk goreng yang dihasilkan berwarna cerah dengan nilai kecerahan (L) berkisar antara 44.7-63.1 dan kecerahan kerupuk cenderung menurun dengan semakin tingginya kadar air kerupuk ungkep. Intensitas warna kehijauan dan kemerahan terdapat pada kerupuk goreng dengan nilai (a) berkisar antara -1.09-2.13 dan intensitas kemerahan cenderung meningkat dengan semakin tingginya kadar air kerupuk ungkep. Kerupuk gorengpun bersifat kekuningan dengan nilai (b) berkisar antara 4.17-10.64 dan semakin tinggi kadar air kerupuk ungkep maka terjadi peningkatan sifat kekuningan dan kemudian terjadi penurunan kembali. Porositas kerupuk kulit goreng dipengaruhi oleh volume pengembangan. Porositas atau rongga udara kerupuk goreng tersebar secara merata pada kerupuk goreng dengan volume pengembangan yang tinggi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePengaruh tingkat dasar kadar air kerupuk kulit mentahterhadap pengembangan dan sifat-sifat mutu kerupuk kulit gorengid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record