Show simple item record

dc.contributor.advisorSiti Madanijah
dc.contributor.advisorRiyadi, Hadi
dc.contributor.authorPurworini, Fajar
dc.date.accessioned2024-02-01T01:56:06Z
dc.date.available2024-02-01T01:56:06Z
dc.date.issued1991
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/137047
dc.description.abstractHasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orangtua, keadaan ekonomi keluarga dan kebiasaan makan siswa SMP-Kota jauh lebih baik daripada keluarga siswa SMP-Desa. Tingkat konsumsi energi dan protein berbeda nyata pada taraf 10 persen, tingkat konsumsi mineral seng berbeda nyata pada taraf 1 persen. Dengan menggunakan tes kecap Smith 8 diperoleh hasil bahwa prevalensi defisiensi mineral seng di kalangan remaja cukup tinggi. Penderita defisiensi pada siswa siswa SMP-Kota lebih rendah daripada siswa SMP-Desa, berturut-turut 92,0 persen dan 98,3 persen. Pertumbuhan yang diamati dengan berat badan dan tinggi badan aktual yang diplot ke dalam grafik menunjukkan bahwa pengaruh status mineral seng belum tampak, hal ini disebab- kan tidak seimbangnya jumlah responden berdasarkan status mineral seng dimana jumlah responden yang normal sangat sedikit sehingga tidak dapat mewakili kelompoknya. Dengan analisis regresi berganda ditemukan bahwa berat badan dipe- ngaruhi oleh tingkat sosial ekonomi dan umur, sedangkan tinggi badan dipengaruhi oleh umur, keadaan sosial ekonomi dan jenis kelamin. Bila faktor umur dihilangkan dengan membandingkan hasil pengukuran antropometri dengan standar BB/U, TB/U dan BB/TB serta diuji dengan regresi peubah dummy ternyata kea- daan sosial ekonomi berpengaruh nyata terhadap BB/U dan TB/U pada taraf 1 persen. Sedangkan BB/TB dipengaruhi secara nyata oleh jenis kelamin. Pengaruh status mineral seng terhadap pertumbuhan sama sekali tidak tampak. Hal ini mungkin disebabkan pengaruh mineral seng tertutup oleh fak- tor keadaan sosial ekonomi. Tingginya prevalensi penderita defisiensi mineral seng disebabkan taste acuity (kepekaan terhadap rasa) anak yang normal belum muncul ketika tes kecap Smith dilakukan. Status gizi berdasarkan kriteria WHO mendukung hasil uji statistik sebelumnya. Responden yang berstatus gizi normal lebih banyak terdapat di kota (34,3%) daripada di desa (17,1%). Sebaliknya responden yang pernah mengalami KEP dan sekarang tampak normal lebih banyak ditemui pada siswa SMP-Desa (38,0%) daripada siswa SMP-Kota (11,2%)….id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcDefisiensi mineral seng dan pertumbuhan remaja pada siswa sekolah menengah pertama di Kotamadya dan Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Baratid
dc.titleDefisiensi mineral seng dan pertumbuhan remaja pada siswa sekolah menengah pertama di Kotamadya dan Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record