Hubungan ketegangan suami istri dengan konflik pada keluarga bercerai
Abstract
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketegangan suami isteri dengan konflik pada keluarga bercerai. Adapun tujuan khususnya adalah: (1) mengidentifikasi karakteristik suami isteri dan isteri (contoh), pengambilan keputusan, ketegangan suami isteri, konflik dan pasca perceraian (2) Menganalisis hubungan karakteristik suami isteri dengan pengambilan keputusan delapan fungsi keluarga, karakteristik suami isteri dengan pengambilan keputusan dan ketegangan serta pengambilan keputusan delapan fungsi keluarga dengan konflik dan pasca perceraian.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten dan Kotamadya Bogor, dilakukan
mulai bulan November 2004-Februari 2005. Contoh penelitian adalah janda
bercerai minimal dua tahun, tidak menikah lagi (remarried) dan mempunyai anak.
Penelitian ini menggunakan Snowball Method dengan target jumlah contoh yang
diminta yaitu 35 orang. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi
data primer (1) karakteristik suami isteri (usia contoh, jumlah anak, tingkat
pendidikan, alasan pernikahan, riwayat pernikahan orangtua), (2) karakteristik
isteri (pekerjaan, pendapatan perkapita), (3) pengambilan keputusan delapan
fungsi-fungsi keluarga, (4) ketegangan suami isteri, (5) konflik, dan (6) pasca
perceraian. Data sekunder diperoleh dari Pengadilan Negeri Bogor.
Karakteristik contoh yang terlibat dalam penelitian ini sebagian besar adalah
dewasa awal 20-40 tahun (54,29%), menikah pertama kali pada usia remaja 15-19
tahun (51,43%), jumlah anak satu orang (40%), mayoritas tidak memiliki anak
bawaan dari pihak suami (85,71%) dan memiliki tingkat pendidikan SMU
(42,86%). Semua contoh dalam penelitian ini menjawab ingin bahagia sebagai
alasan pernikahan mereka, diikuti oleh keinginan untuk memiliki pasangan yang
berbeda dari segi intelegensi (37%) dan karena mengalami tekanan saat
pernikahan (34%). Berdasarkan sejarah perceraian orangtua, ma yoritas contoh
(88,57%) maupun suami (91,43%) bukan berasal dari keluarga yang bercerai.
Contoh berprofesi sebagai pengusaha/wiraswasta (25,71%) atau memilih menjadi
ibu rumah tangga (37,14%) dan pendapatan perkapitanya mayoritas kurang dari
Rp 467.880,- (82,9%).
Persentase terbesar (65,71%) contoh dan suaminya mengambil keputusan
delapan fungsi keluarga secara bersama. Dari delapan fungsi keluarga, fungsi
ekonomi memiliki kecenderungan dominan diputuskan oleh satu pihak,
sedangkan fungsi reproduksi memiliki kecenderungan untuk dilakukan secara
bersama-sama.
Ketegangan suami isteri (85,72%) berada pada kategori rendah Yang paling sering dirasakan contoh adalah sikap pasangan yang ingin menang sendiri.
Konflik dalam keluarga contoh (85,71%) pada umumnya rendah Memendam kekesalan adalah yang paling sering dirasakan contoh saat konflik berlangsung. ...
Collections
- UT - Nutrition Science [3184]
