Hubungan antara densitas dan air terikat dengan pola absorpsi kurva isotermi air (ISA) tapioka
View/ Open
Date
2016Author
Handoyo, Eko
Lioe, Hanifah Nuryani
Soekarto, Soewarno T
Metadata
Show full item recordAbstract
Tapioka merupakan pati hasil ekstraksi dari umbi singkong. Isotermi
sorpsi air digambarkan dalam sebuah kurva hubungan antara kadar air bahan
dengan kelembaban relatif atau aktivitas airnya pada suhu tertentu. Adanya
penyerapan air dari udara atau pelepasan air ke udara dalam mencapai kondisi
kesetimbangan akan berpengaruh terhadap sifat fisik tapioka seperti densitasnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara densitas dan air
terikat dengan pola absorpsi kurva isotermi sorpsi air tapioka. Penentuan kadar air
kesetimbangan dan aktivitas air tapioka dalam isotermi sorpsi air menggunakan
metode gravimetri dengan sistem statis diskontinu melalui larutan garam jenuh
CaCl2 (26.50%), K2CO3 (47.50%), Mg(NO3)2 (55.50%), NaNO2 (66.50%),
NaNO3 (77.00%), KBr (81.50%), BaCl2 (88.00%), Na2SO4 (90.00%), dan
NH4H2PO4 (90.50%) pada suhu ruang (28-29°C). Kurva isotermi sorpsi air
tapioka yang dihasilkan berbentuk sigmoid. Nilai MRD (Mean Relative
Determination) model Oswin merupakan yang paling rendah dibandingkan model
Halsey, Chen Clayton, Henderson, Caurie, Smith, dan GAB, sehingga model
Oswin sangat cocok untuk menggambarkan sorpsi isotermi tapioka. Daerah ikatan
air primer diperoleh dengan metode persamaan model BET (Braunauer-Emmet-
Teller) dan dihasilkan batas kadar air primer (Mp) 5.77% bk. Daerah ikatan air
sekunder diperoleh dengan metode persamaan semi-logaritma dan dibatasi dengan
kadar air sekunder (Ms) 17.71% bk. Daerah ikatan air tersier diperoleh melalui
metode persamaan polinomial orde 2 dengan batas kadar air tersier (Mt) 37.04%
bk. Sampel (tapioka) dengan beberapa tingkat kadar air hasil pengeringan
kemoreaksi kapur api (CaO) diukur densitasnya dengan metode pendekatan
piknometer dengan bahan cairan pengisi heksana. Plot kurva hubungan kadar air
(% bk) dengan densitas granula tapioka (g/mL) menggambarkan tiga tren data
yang berbeda yang dapat digambarkan dalam tiga persamaan regresi linear yang
berbeda. Perpotongan antar persamaan regresi linear tersebut akan memperoleh
batas kadar air primer (Mp) 5.38% bk, sekunder (Ms) 20.36% bk, dan tersier (Mt)
34.13% bk. Plot kurva hubungan (m) kadar air g/g bahan dan rasio dg-(1-
m)dp/(dpdg) menghasilkan batas kadar air primer (Mp) 9.13% bk dan sekunder
(Ms) 15.21% bk. Densitas granula tapioka pada daerah ikatan air primer memiliki
rentang nilai ≥ 1.3181 g/mL. Daerah ikatan air sekunder memiliki rentang nilai
densitas granula tapioka 1.1569-1.3181 g/mL. Selanjutnya daerah ikatan air tersier
memiliki rentang nilai densitas granula tapioka 0.9743-1.1569 g/mL. Rata-rata
densitas granula tapioka pada daerah ikatan air primer, sekunder, tersier berturutturut
adalah 1.6691 g/mL, 1.3505 g/mL, dan 0.8794 g/mL