Show simple item record

dc.contributor.authorHanum, Alia Latifah
dc.date.accessioned2010-05-04T11:15:48Z
dc.date.available2010-05-04T11:15:48Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/11266
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk 1) Mempelajari karakteristik sosio demografi (pendapatan, pendidikan, usia, besar keluarga) contoh 2) Mempelajari tingkat kecukupan intake energi, protein, dan seng contoh dari makanan 3) Menganalisis pengaruh suplementasi multivitamin dan multimineral terhadap perubahan status gizi contoh (IMT dan LILA), dan 4) Menganalisis pengaruh suplementasi multivitamin dan multimineral terhadap perubahan kadar seng serum contoh. Desain penelitian ini adalah eksperimental murni teracak buta ganda (double blind randomized controlled trial). Penelitian lapang dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu mulai bulan Februari hingga Mei 2008 di PT Ricky Putra Globalindo, Citeurep, Kabupaten Bogor. Kegiatan analisa kadar seng (Zn) serum dilakukan di Laboratorium Seng Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi dan Makanan, Departemen Kesehatan, Bogor. Populasi adalah adalah wanita usia subur usia 15-45 tahun (Depkes 2003), sedangkan contoh adalah kelompok populasi yang memenuhi kriteria inklusi yang dipilih secara acak, dengan kriteria Inklusi tertentu. Selanjutnya dilakukan penentuan besar contoh menggunakan analogi penelitian Raqib et al. (2001). Pada awal penelitian masing-masing kelompok perlakuan terdiri atas 35 orang contoh, dalam proses intervensi terjadi drop out sehingga pada akhirnya diperoleh besar contoh masing-masing 27 orang untuk kelompok perlakuan plasebo, dan 31 orang untuk kelompok perlakuan multivitamin. Sebelum perlakuan, kadar seng serum, pola konsumsi, dan status gizi contoh diperiksa sebagai dasar (baseline). Perlakuan diberikan setiap hari kepada contoh selama sepuluh minggu. Kemudian setelah 10 minggu dilakukan kembali pemeriksaan (endline). Suplemen multivitamin mineral yang digunakan dalam penelitian ini berupa kaplet yang berisi 1000 mg vitamin C, 45 mg vitamin E, 700 g vitamin A, 6.5 mg vitamin B6, 400 g asam folat, 9.6 g vitamin B12, 10 g vitamin D, 10 mg Zn, 110 g Se, 0.9 mg Cu, dan 5 mg Fe. Karakteristik contoh yang diamati pada penelitian ini terdiri atas pendapatan, tingkat pendidikan, usia, dan jumlah anggota keluarga contoh. Contoh pada kelompok plasebo memiliki rata-rata pendapatan per kapita per hari sebesar Rp. 1853.80 Sedangkan contoh pada kelompok perlakuan multivitamin memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp. 18319.53 per kapita per hari. Uji statistik menujukkan bahwa tingkat pendapatan perkapita per hari antar kelompok perlakuan tidak berbeda nyata (P=0.916). Berdasarkan kategori, seluruh responden dari kedua kelompok perlakuan tergolong dalam kategori sejahtera. Hal ini diduga karena pihak perusahaan memberikan bayaran pada pekerjanya sesuai UMR, sehingga pendapatan per kapita per hari contoh dapat melebihi batas kemiskinan kabupaten Bogor, yakni Rp.6102.233 per kapita per hari. Usia contoh dibedakan menurut kelompok usia <20 tahun, 20-29 tahun, 30-39 tahun, dan ≥40 tahun . Pada kelompok plasebo, separuh contoh (51.85%) berada dalam rentang kelompok usia 20-29 tahun dan hanya terdapat 7.41% contoh yang berusia > 40 tahun. Sedangkan pada kelompok multivitamin, lebih dari separuh contoh (67.74%) berada dalam rentang usia 30-39 tahun dan terdapat 3.23% contoh yang berusia > 40 tahun. Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada usia contoh antar pelakuan plasebo dan multivitamin (P=0.225). Pada kelompok plasebo, 40.74% contoh berpendidikan tamat SLTA dan terdapat 7.40% contoh yang tidak tamat SD. Sedangkan pada kelompok perlakuan multivitamin mayoritas contoh berpendidikan tamat SD, yakni sebesar 38.70%. Terdapat 3.23% contoh yang tidak tamat SD, serta 3.23% contoh yang berpendidikan tamat D1/D3. Pada kelompok perlakuan plasebo sebagian besar contoh (88.89%) memiliki jumlah anggota keluarga < 4 orang dan hanya 11.11% contoh yang memiliki jumlah anggota keluarga 5-7 orang. Demikian pula pada kelompok perlakuan multivitamin, dimana sebagian besar contoh (90.32%) memiliki jumlah anggota keluarga < 4 orang dan hanya 9.67% contoh yang memiliki jumlah anggota keluarga 5-7 orang. Uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada jumlah anggota keluarga antara kelompok perlakuan plasebo dan multivitamin (P=0.861). Pada kelompok perlakuan plasebo rata-rata IMT pada pemeriksaan awal adalah 24.31 kg/m2, sedangkan pada kelompok multivitamin rata-rata IMT contoh adalah 23.99 kg/m2 . Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada status gizi antar kelompok perlakuan (P=0.726). Demikian pula halnya dengan nilai LLA contoh, dimana tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan (P=0.810). Nilai rataan LILA pada kelompok perlakuan plasebo adalah 28.01 cm sedangkan nilai rataan pada kelompok perlakuan multivitamin adalah 27.92 cm. Setelah intervensi, lebih dari separuh contoh baik pada kelompok plasebo (81.5%) maupun kelompok perlakuan multivitamin (96.8%) berada dalam status gizi normal menurut LLA. Hanya terdapat 18.5% contoh pada kelompok plasebo, dan 3.2% contoh pada kelompok perlakuan multivitamin yang menderita KEK. Berdasarkan hasil uji T berpasangan terdapat perubahan LLA antara data baseline dan endline untuk kelompok perlakuan plasebo (P=0.04). Sedangkan untuk kelompok perlakuan multivitamin tidak terdapat perbedaan (P=0.80). Walaupun hasil uji T berpasangan menunjukkan adanya perubahan yang terjadi terhadap LLA contoh pada kelompok perlakuan plasebo, namun demikian berdasarkan hasil analisis ragam terlihat bahwa perlakuan suplementasi tidak berpengaruh terhadap LLA (P=0.47). Pada pemeriksaan baseline, kadar seng serum responden adalah homogen. Hal ini dapat terlihat dari hasil uji statistik yang tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada kadar serum seng contoh kelompok perlakuan plasebo maupun multivitamin (P=0.395). Pada kelompok perlakuan plasebo, nilai rataan serum seng nya adalah 0.78 mol/L sedangkan pada kelompok perlakuan multivitamin nilai rataan serum seng nya adalah 0.77 mol/L. Pada pemeriksaan baseline sebagian besar contoh pada kelompok plasebo (85.2%) maupun kelompok perlakuan multivitamin (80.6%) berada dalam status seng normal. Setelah intervensi selama 10 minggu, terdapat peningkatan jumlah contoh yang status seng nya normal, yakni menjadi 100% pada kelompok plasebo dan 87.1% Uji T berpasangan antar perlakuan terhadap kadar seng serum contoh dilakukan untuk mengetahui adakah perbedaan kadar seng serum contoh pada kedua kelompok perlakuan sebelum dan sesudah suplementasi. Berdasarkan hasil uji T berpasangan terdapat perubahan kadar seng serum contoh antara data baseline dan endline baik untuk kelompok perlakuan plasebo maupun kelompok perlakuan multivitamin (P (2-arah)<0.05). Namun demikian berdasarkan hasil analisis ragam terlihat bahwa perlakuan suplementasi tidak berpengaruh terhadap kadar seng serum (P=0.89).id
dc.titlePengaruh Suplementasi Multivitamin Mineral Terhadap Status Gizi dan Kadar Seng (Zn) Serum pada Wanita Pekerja Usia Suburid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record