Kinerja Water Chiller dalam Pendinginan Daerah Perakaran untuk Produksi Cabai Merah secara Hidroponik.
View/ Open
Date
2018Author
Putra, Ardhan Syah
Suhardiyanto, Herry
Hartulistiyoso, Edy
Metadata
Show full item recordAbstract
Suhu udara di dalam rumah tanaman pada siang hari di daerah tropika
basah cenderung terlalu tinggi untuk pertumbuhan tanaman. Apabila dilakukan
pendinginan rumah tanaman secara keseluruhan maka energi yang diperlukan
sangatlah besar. Oleh karena itu, untuk budidaya tanaman secara hidroponik di
dalam rumah tanaman dikembangkanlah pendinginan daerah perakaran. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mempelajari kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman,
mengevaluasi kinerja water chiller, dan kebutuhan energi listrik, serta
menganalisis segi biaya dari penerapan pendinginan daerah perakaran untuk
produksi cabai merah secara hidroponik di dalam rumah tanaman. Penelitian
dilakukan dengan dua sistem pendinginan, yaitu Sistem Pendinginan Chiller
(SPC) dan Sistem Pendinginan Air (SPA). SPC mengalirkan air yang terlebih
dahulu didinginkan menggunakan water chiller, sedangkan SPA mengalirkan air
tanpa adanya proses pendinginan oleh water chiller. Hasil penelitian pada hari
cerah (10 November 2017) menunjukkan bahwa suhu udara di dalam rumah
tanaman berkisar antara 26,2°C hingga 39,7°C. Kelembaban udara di dalam
rumah tanaman berkisar antara 47% hingga 84%. Radiasi matahari mencapai 461
Wm-2 pada pukul 14:00 WIB. Hasil analisis unjuk kerja water chiller memperoleh
nilai Coefficient Of Performance (COP) sebesar 3,29. Kebutuhan energi water
chiller dengan set point batas atas 14oC dan batas bawah 13oC terukur sebesar
6,09 MJ d-1 per 7,80 m2 luas permukaan pipa pendingin atau setara dengan 0,217
kWh m-2d-1 + 1,63 kWh d-1 pompa. Harga pokok produksi (HPP) dari penerapan
SPC terhitung sebesar Rp 24.708,- per kg, sedangkan HPP dari penerapan SPA
mencapai Rp 39.728,- per kg.