Kajian Peluang Penerapan Produksi Bersih Di Industri Nata De Coco (Studi Kasus Di Industri Nata De Coco CV. Graha Agri Indonesia).
Abstract
Industri nata de coco merupakan industri yang mengolah air kelapa menjadi nata yang siap dikonsumsi. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi peluang perbaikan proses produksi dari air kelapa menjadi produk lembaran nata dengan analisa penerapan produksi bersih yang berpotensi pada efisisensi produksi nata de coco. Metode yang digunakan yaitu audit produksi bersih dengan mengidentifikasi permasalahan, analisis peluang produksi bersih, dan analisis kelayakan kuantitatif dari aspek teknis, lingkungan dan ekonomi. Berdasarkan hasil audit produksi bersih diketahui permasalahan pada berbagai aspek yaitu permasalahan pada bahan baku air kelapa yang tidak tetap untuk diproduksi, terbentuknya jelaga akibat pembakaran kayu bakar, produk nata yang gagal disebabkan proses fermentasi yang gagal karena faktor pH pemasakan air kelapa, ruang fermentasi dan pemberian starter yang kurang optimal sehingga terjadi kerusakan nata, tata laksana pekerja dan penanganan bahan yang kurang baik sehingga terjadi loss air kelapa tercecer sebanyak 30 liter per hari, dan penanganan limbah kulit nata yang dibuang langsung ditempat khusus sebanyak 168 kg per hari. Konsumsi energi pada bagian produksi sebesar 210,757 MJ/batch dan bagian non produksi sebesar 0,144 MJ/ batch. Alternatif produksi bersih yang direkomendasikan adalah bekerjasama dengan perusahaan kopra untuk pengadaan bahan baku air kelapa, penggunaan boiler untuk proses pemasakan dengan uap, menjalankan proses pada kondisi optimum, penerapan Good Manufacturing Practice, dan pemanfaatan limbah kulit nata menjadi biogas dan pupuk cair organik. Hasil kinerja sebelum dan setelah penerapan produksi bersih antara lain lembaran nata bertambah dari 2.100 lembar/ hari menjadi 2.200 lembar/ hari. Kapasitas produksi air kelapa bertambah dari 9.000 liter/ minggu menjadi 18.000 liter. Jumlah nata reject berkurang dari 300 lembar/ hari menjadi 200 lembar/ hari. Penggunaan kayu bakar dari 283 kg/ hari berkurang menjadi 142 kg/ hari. Penerapan produksi bersih menghasilkan penghematan biaya sebesar Rp 43.046.259/ bulan.