dc.description.abstract | Pemeliharaan sapi perah di Indonesia bervariatif mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi sehingga manajemen pakan (hijauan dan konsentrat) berbeda di ketinggian tersebut. Peningkatan konsentrat sebagai sumber energi dan protein diharapkan berpengaruh dalam produksi panas tubuh melalui metabolisme pakan dan berpengaruh terhadap respon fisiologis serta produktivitas susu sapi perah laktasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pakan terhadap respon fisiologis sapi perah laktasi di dataran rendah dan dataran tinggi. Penelitian dilakukan di Cisarua Bogor (±1090 mdpl) dan Pondok Ranggon Cipayung Jakarta Timur (<100 mdpl) meliputi perlakuan pakan Normal (N), High (H), Very High (VH) dan iklim mikro suhu udara (TA), kelembaban relatif (RH), Temperature Humidity Index (THI), kecepatan angin (VA) serta respon fisiologis suhu rektal (TR), suhu permukaan kulit (TS), suhu tubuh (TB), frekuensi denyut jantung (HR), frekuensi pernapasan (RR). Hasil penelitian menunjukkan iklim mikro dan respon fisiologis di dataran rendah lebih tinggi dibandingkan dataran tinggi kecuali kecepatan angin dan uji t iklim mikro menunjukkan suhu udara dan THI berbeda sangat nyata (P<0.01), kelembaban relatif dan kecepatan angin berbeda nyata (P≤0.05) serta uji RBSL menunjukkan pakan tidak berpengaruh terhadap respon fisiologis sapi perah laktasi (P>0.05) kecuali pakan di dataran tinggi pada frekuensi pernapasan ([N=29.3C, H=32B, VH=33.6A] kali menit-1) dengan nilai P<0.01. Ketinggian lokasi menentukan nilai ikrim mikro lokasi tersebut yang menunjukkan dataran rendah tidak lebih baik dari dataran tinggi sehingga respon fisiologis dataran rendah tidak lebih baik dari dataran tinggi. Identifikasi ketinggian lokasi dan pakan yang lebih baik untuk sapi perah laktasi ditunjukkan oleh lokasi yang memiliki ketinggian ±1090 mdpl dan kualitas pakan dataran tinggi. | id |