Show simple item record

dc.contributor.advisorSukardi
dc.contributor.authorKurniawan, Ardian Pulih
dc.date.accessioned2017-08-07T03:45:56Z
dc.date.available2017-08-07T03:45:56Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87658
dc.description.abstractKedelai merupakan komoditi yang memiliki banyak kegunaan dan arti penting bagi pertanian, serta bagi masyarakat Indonesia dan kedelai organik turut membantu peningkatan jumlah kedelai produksi dalam negeri. Maka dari itu penting untuk mengkaji mekanisme rantai pasok kedelai organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi mekanisme rantai pasok kedelai organik pada jaringan mitra Martani, lalu meganalisa dan membandingkan nilai tambah yang diperoleh para pelaku rantai kedelai konvensional dan organik, serta melakukan identifikasi faktor penggerak berjalannya rantai pasok kedelai organik pada jaringan mitra Martani. Penelitian diawali dengan identifikasi pelaku serta mekanisme rantai pasok secara deskriptif dalam kerangka Van der Vorst (2006). Tahap selanjutnya dilakukan analisis nilai tambah berdasarkan konsep Hayami (1986) untuk mengetahui perolehan nilai pelaku dalam rantai pasok kedelai organik dan kemudian dibandingkan dengan nilai tambah yang didapatkan oleh pelaku rantai pasok kedelai konvensional. Penelitian diakhiri dengan menganalisis faktor-faktor penggerak yang mempengaruhi berjalannya rantai pasok berdasarkan kerangka Chopra dan Meindl (2007). Berdasarkan hasil observasi, para pelaku rantai pasok kedelai organik jaringan mitra Martani terdiri dari petani, pengepul, pengecer dan produsen olahan kedelai yang memiliki peran berbeda dalam rantai pasokan. Nilai tambah yang diciptakan oleh pelaku rantai pasok kedelai organik antara lain, (1) petani sebesar Rp 8 051/kg kedelai, (2) pengepul sebesar Rp 1 22.l,9/kg tahu, (3) produsen tahu sebesar Rp 1 880.41/kg tahu, (4) produsen tempe sebesar Rp 6 246.64/kg tempe. Sedangkan nilai tambah yang diperoleh pelaku rantai pasok kedelai konvensional antara lain, (1) petani sebesar Rp 4 968/kg kedelai, (2) pengepul sebesar Rp 163.33/kg kedelai, (3) produsen tahu sebesar Rp 3 053.38/kg tahu, (4) produsen tempe sebesar Rp 2 981.02/kg tempe. Berdasarkan analisa deskriptif faktor-faktor penggerak rantai pasok, rantai pasok kedelai organik memiliki potensi untuk berkembang. Hambatan perkembangan rantai pasok terkendala pada perkembangan jumlah konsumen organik yang cenderung lambat.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAgroindustrial technologyid
dc.subject.ddcOrganic farmingid
dc.subject.ddcYogyakarta-JATENGid
dc.titleAnalisis Nilai Tambah Rantai Pasok Kedelai Organik pada Jaringan Mitra Martani di Wilayah Yogyakartaid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordkedelai organikid
dc.subject.keywordmekanisme rantai pasokid
dc.subject.keywordnilai tambahid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record