Kinetika Perubahan Kapasitas Antioksidan dan Mutu Fisik Tempe Selama Pemanasan
View/ Open
Date
2016Author
Khusnayaini, Anna Amania
Hariyadi, Purwiyatno
Syamsir, Elvira
Metadata
Show full item recordAbstract
Tempe merupakan produk pangan tradisional khas Indonesia yang
dihasilkan dari proses fermentasi kacang kedelai dengan kapang Rhizopus spp.
dan beberapa jenis kapang lainnya, seperti Mucor spp. Jika dibandingkan dengan
kacang kedelai, tempe memiliki kandungan gizi yang lebih baik tetapi masa
simpannya lebih pendek. Proses termal dapat diaplikasikan sebagai metode
alternatif untuk memperpanjang umur simpan tempe. Akan tetapi, proses ini dapat
menyebabkan perubahan pada aspek fisik, gizi, dan sensori. Dalam hal ini, model
kinetika dapat digunakan untuk memprediksi perubahan mutu pada beberapa
kondisi proses untuk mendapatkan produk yang aman dan memaksimalkan mutu.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mempelajari kinetika perubahan
kapasitas antioksidan dan mutu fisik selama pemanasan tempe dalam kondisi
isotermal pada suhu 75, 85 dan 95oC. Potongan tempe (d: 12 mm, t: 20 mm)
dimasukkan ke dalam tabung vial dengan larutan garam (NaCl) 2% sebagai
medium pemanas. Perubahan kapasitas antioksidan (kapasitas penangkapan
radikal DPPH, kandungan total fenol (TPC), dan total flavonoid (TFC)) serta
mutu fisik (analisis profil tekstur (TPA), warna dengan kromameter) dianalisis
dan dimodelkan sebagai reaksi ordo satu.
Perlakuan panas dapat mempengaruhi kapasitas antioksidan dan mutu fisik
tempe secara signifikan. Selama proses pemanasan laju perubahan kedua
parameter tersebut meningkat dengan semakin meningkatnya suhu dan lamanya
waktu pemanasan. Kapasitas antioksidan berubah dengan kecenderungan yang
sama dengan perubahan TPC. Hal ini mengindikasikan bahwa TPC berpengaruh
signifikan terhadap kapasitas antioksidan tempe (p < 0.05). Namun demikian,
TFC relatif konstan selama pemanasan.
Tidak semua atribut mutu dapat dimodelkan secara baik sebagai parameter
kinetika termal. Hal ini disebabkan karena beberapa parameter tersebut tidak
dipengaruhi secara signifikan oleh kondisi proses pemanasan, seperti TFC, hue,
elastisitas, kelengketan, kepaduan, dan daya kunyah. Parameter mutu tempe yang
sensitif terhadap panas, seperti kapasitas antioksidan, TPC, kekerasan, kecerahan,
kekuningan, kehijauan, dan kroma, dapat dimodelkan secara baik sebagai reaksi
ordo pertama dengan kecenderungan kurva yang berbeda-beda.
Energi aktivasi menunjukkan tingkat sensitivitas parameter mutu terhadap
perubahan suhu. Kemiringan kurva untuk degradasi mutu fisik terlihat lebih tajam
daripada kapasitas antioksidan. Hal ini berarti bahwa laju perubahan mutu fisik
lebih sensitif terhadap panas daripada parameter lainnya. Berdasarkan perhitungan,
energi aktivasi perubahan warna (Ea kehijauan=181.44 kJ/mol, Ea kekuningan=82.75
kJ/mol, Ea kroma=73.95 kJ/mol, dan Ea kecerahan=54.98 kJ/mol) lebih besar daripada
perubahan tekstur kekerasan (44.32 kJ/mol). Energi aktivasi untuk perubahan
kapasitas antioksidan lebih kecil (14.68 kJ/mol) daripada TPC (30.16 kJ/mol).
Collections
- MT - Agriculture Technology [2130]