Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Rumah Makan Sagita
Abstract
Sektor UKM salah satunya rumah makan dan restoran saat ini semakin berkembang dan semakin banyak. Usaha restoran merupakan usaha yang menjanjikan dari waktu ke waktu. Prospek yang cukup baik ini mendorong pelaku usaha di bidang ini untuk mengembangkan usahanya dalam skala yang lebih besar. Salah satunya rumah makan Sagita, pemilik rumah makan Sagita memiliki rencana untuk mengembangkan usahanya dengan membuka cabang di tempat lain. Pemilik perusahaan berencana membuka cabang di daerah Sentul, Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi tetap berada di Kota Bogor, hal ini dikarenakan untuk memudahkan pemilik dalam melakukan pemantauan kantor cabang. Selain itu, menurut pengamatan daerah sentul memiliki potensi yang bagus bagi pemilik rumah makan Sagita untuk mengembangkan usahanya. sentul merupakan lokasi yang strategis dan di daerah sentul kini semakin ramai tempat-tempat wisata yang dapat dikunjungi, seperti Jungleland, Alam Fantasia, Taman Budaya, Sentul Paradise Park, dan beberapa fasilitas lain yang sedang dalam proses pembangunan seperti Rumah Sakit, Apartement, Universitas dan Gedung Perniagaan. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengkaji kelayakan pengembangan usaha rumah makan Sagita dilihat dari aspek finansial dan non finansial. (2) Menganalisis sensitivitas kelayakan rumah makan Sagita terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan permintaan. Berdasarkan analisis aspek non finansial yang terdiri dari aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologi, serta aspek manajemen, pengembangan usaha rumah makan ini layak untuk dijalankan. Adapun dilihat dari analisis finansial proyek pengembangan usaha rumah makan Sagita juga dinyatakan layak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 45.074.513,53, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 39%, Net Benefit Cost Ratio (B/C) sebesar Rp 1.12 dan Payback Period selama 3 tahun 10 bulan. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa tingkat kepekaan maksimum usaha terhadap kenaikan harga bahan baku berada pada batas 14,498%. Apabila kenaikan harga bahan baku melebihi 14,498% maka usaha tidak akan mendapatkan laba bila dijalankan dan begitupun hasil analisis switching value terhadap penurunan permintaan, berada pada batas 16,671% yang artinya apabila penurunan permintaan melebihi 16,671% maka usaha tidak akan mendapatkan laba apabila dijalankan.
Collections
- UT - Management [3376]