Show simple item record

dc.contributor.advisorPutri, Eka Intan Kumala
dc.contributor.authorMarwan, Faizal
dc.date.accessioned2013-07-23T02:51:21Z
dc.date.available2013-07-23T02:51:21Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/64846
dc.description.abstractJumlah kendaraan bermotor di Kota Bogor semakin meningkat. Luas Kota Bogor yang hanya 11.850 ha dengan panjang jalan 783.412 km sudah padat untuk menampung jumlah kendaraan yang semakin lama melebihi carrying capacity jalan. Saat ini ada 3.508 unit angkot yang diijinkan beroperasi di dalam kota, di tambah lagi ratusan angkot dari Kabupaten Bogor yang trayek operasinya memasuki wilayah Kota Bogor. Jumlah angkot sebanyak itu tidak hanya menjadi bagian dari beban kepadatan lalu lintas Kota Bogor, karena masih ada 46.034 unit kendaraan roda empat pribadi dan 73.145 unit kendaraan roda dua serta ratusan becak yang hilir mudik setiap harinya. Dengan banyaknya volume kendaraan tersebut maka menyebabkan terjadinya kemacetan di Kota Bogor. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah penelitian ini. Adapun permasalahan yang dikaji adalah 1) Apakah dampak sosial ekonomi yang dirasakan oleh pengguna jalan saat terjebak kemacetan? 2) Apakah penguna jalan bersedia menerima kompensasi sebagai akibat dari terkena dampak kemacetan? 3) Berapa besarnya nilai kerugian pengguna jalan akibat kemacetan dilihat dari nilai kompensasi (WTA)? 4) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTA tersebut? Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Contingent Valuation Method (CVM). Metode ini memiliki kemampuan untuk mengestimasi manfaat lingkungan dari berbagai sisi. Berdasarkan hasil penelitian, kemacetan menyebabkan pengguna jalan merasakan lelah, stres, waktu yang hilang serta dampak terhadap penggunaan bahan bakar. Pengeluaran pembelian BBM dalam kondisi lalu lintas normal untuk pengguna mobil adalah sebesar Rp 40.500,00 per mobil sedangkan motor Rp 12.277,03 per motor. Namun apabila mereka terjebak dalam kemacetan maka biaya tersebut meningkat menjadi sebesar Rp 52.159,09 per mobil dan Rp 19.182,43 per motor. Potensi ekonomi BBM yang hilang akibat kemacetan di Kecamatan Bogor Barat setiap tahunnya mencapai Rp 152.460.925.983,00 per tahun. Penggunaan metode CVM menghasilkan nilai rata-rata WTA yang diekspresikan responden untuk pengguna mobil sebesar Rp 486.363,64, pengguna sepeda motor Rp 366.000,00 dan penumpang angkutan umum Rp 289.642,86. Variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya nilai WTA pengguna jalan secara signifikan ada lima yakni tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan, umur, frekuensi macet dan lama macet.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAnalisis Dampak Kemacetan Lalu Lintas dengan Pendekatan Willingness to Accept (Studi Kasus : Kecamatan Bogor Barat)en


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record