Show simple item record

dc.contributor.authorRenhoran, Mawaddah
dc.date.accessioned2013-05-17T01:48:31Z
dc.date.available2013-05-17T01:48:31Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/63631
dc.description.abstractAktivitas antimikroba dapat diperoleh dari berbagai macam bahan-bahan di alam diantaranya dari tumbuhan laut seperti rumput laut. S. polycystum merupakan rumput laut cokelat yang memiliki kandungan bioaktif dan metabolit sekunder yang relatif mendukung adanya jumlah total fenol dan aktivitas antioksidan. S. polycystum yang terdapat di Indonesia diduga memiliki aktivitas antimikroba karena kandungan kimia yang dimilikinya. Senyawa metabolit sekunder diperoleh melalui proses ekstraksi menggunakan berbagai macam pelarut. Penelitian ini menggunakan ekstraksi maserasi tunggal dengan pelarut yang berbeda yaitu metanol (polar), etil asetat (semipolar) dan n-heksana (nonpolar). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap rendemen ekstrak, kandungan fitokimia, total fenol, aktivitas antioksidan dan antimikroba ekstrak S. polycystum. S. polycystum yang berasal dari Taman Nasional Kepulauan Seribu menghasilkan nilai rendemen ekstrak yang berbeda pada tiap pelarut. Rendemen ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana berturut-turut adalah 17,93%, 1% dan 0,57%. Senyawa fitokimia yang terkandung pada S. polycystum adalah steroid, flavonoid, dan fenol hidroquinon. Kandungan total fenol tertinggi diperoleh dari ekstrak kasar metanol yaitu sebesar 35,37 mg GAE/100 g sampel sedangkan ekstrak kasar etil asetat dan n-heksana berturut-turut adalah 18,00 mg GAE/100 g sampel dan 3,08 mg GAE/100 g sampel. Komponen fitokimia dan total fenol memiliki korelasi positif tehadap aktivitas antioksidan. Berdasarkan hasil pengujian antioksidan dengan metode DPPH, aktivitas antioksidan yang masuk dalam kategori sedang terdapat pada ekstrak metanol dengan nilai IC50 sebesar 109,4 ppm dan ekstrak etil asetat nilai IC50 sebesar 129,4 ppm diikuti oleh n-heksana dalam kategori lemah dengan nilai IC50 sebesar 1174,98 ppm. Uji aktivitas antimikroba pada Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Eschericia coli dan Candida maltosa menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin tinggi zona hambat yang terbentuk. Nilai zona hambat pada uji aktivitas antimikroba pada bakteri S. aureus (9,37 mm) relatif tinggi pada ekstrak kasar metanol. Pada bakteri B. subtilis (12,37 mm) dan E. coli (17,12 mm) serta khamir C. maltosa (14,75 mm) aktivitas tertinggi terdapat pada ekstrak kasar etil asetat. Ekstrak dengan pelarut n-heksana tidak memiliki aktivitas antimikroba atau sangat lemah disetiap konsentrasi karena memliki zona hambat < 5 mm.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAktivitas Antioksidan dan Antimikroba Ekstrak Sargassum polycystumen


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record