Show simple item record

dc.contributor.authorPuspita, Noni
dc.date.accessioned2013-05-06T07:50:42Z
dc.date.available2013-05-06T07:50:42Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/63274
dc.description.abstractKelinci merupakan ternak yang berpotensi besar dalam menghasilkan daging, tetapi daging kelinci belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Daging kelinci mempunyai serat yang halus dan warna sedikit pucat, sehingga daging kelinci dapat dikelompokkan ke dalam golongan daging berwarna putih seperti halnya ayam. Keraguan masyarakat dalam mengkonsumsi daging kelinci merupakan kendala dalam pemasaran daging kelinci, karena masyarakat masih beranggapan bahwa kelinci merupakan hewan kesayangan yang tidak layak untuk dikonsumsi. Sifat fisik daging pada setiap jenis ternak kemungkinan berbeda, sehingga sifat fisik ini akan menentukan hasil olahan produk daging tersebut. Sifat fisik tersebut meliputi pH, daya mengikat air (DMA), keempukan dan susut masak (cooking loss). Sifat fisik sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebelum pemotongan (antemortem) dan setelah pemotongan (postmortem). Waktu postmortem berkaitan dengan proses glikolisis setelah ternak dipotong. Semakin lama waktu postmortem akan terjadi penurunan pH yang semakin rendah akibat proses konversi otot menjadi daging pada jarak waktu postmortem tertentu. Nilai pH akan mempengaruhi sifat fisik lainnya yakni daya mengikat air, keempukan dan susut masak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik daging kelinci pada lama postmortem yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi yang berhubungan dengan pembuatan produk makanan khususnya yang berbahan dasar daging kelinci. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan postmortem waktu setelah pemotongan kelinci. Pengelompokan berdasarkan pada waktu pengambilan sampel. Data sifat fisik yang diperoleh kemudian dianalisis ragam (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Rataan nilai pH, DMA, keempukan dan susut masak masing-masing 5,67, 91,79 mg, 4,93 kg/cm2 dan 39,56 %. Hasil penelitian pada daging kelinci menunjukkan bahwa perlakuan 3, 6 dan 9 jam postmortem tidak berpengaruh nyata (P> 0,05) terhadap pH, keempukan, susut masak dan DMA. Secara organoleptik daging kelinci hingga 9 jam postmortem memiliki warna pucat, aroma tidak bau daging kelinci, tekstur halus dan kenyal.en
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleSifat Fisik Daging Kelinci pada Lama Postmortem yang Berbedaen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record