Show simple item record

dc.contributor.advisorJaya, Indra
dc.contributor.authorPythaloka, Reffa
dc.date.accessioned2013-03-18T03:14:46Z
dc.date.available2013-03-18T03:14:46Z
dc.date.issued2013
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/61382
dc.description.abstractKesegaran ikan merupakan keadaan dari saat ikan mati hingga memasuki tahap penurunan mutu ikan.Tingkatan kesegaran ikan merupakan tolak ukur untuk membedakan ikan yang bermutu baik dan buruk. Metode spektroskopi telah digunakan dalam menentukan kesegaran ikan, terutama pada rentang gelombang tampak dan inframerah dekat. Spektroskopi dapat menampilkan perubahan yang terjadi dalam interaksi radiasi elektromagnetik dengan kondisi fisik dari sampel ikan. Salah satu instrumen yang mengaplikasikan metode ini adalah IFFI-1 (Infrared Fish Freshness Instrumen -1), yang telah dimodifikasi menjadi IFFI-2 (Infrared Fish Freshness Instrumen -2). Perbedaan IFFI-1 dan IFFI-2 terdapat pada bagian kontrol dan sensor. IFFI-1 memiliki LCD pada bagian kontrolnya sekaligus merupakan unit display, sedangkan pada IFFI- 2 unit display-nya langsung pada komputer/laptop untuk proses selanjutnya. Perbedaan paling utama adalah IFFI-1 menggunakan gelombang inframerah 780 nm, sedangkan IFFI 2 menggunakan gelombang cahaya tampak 525 nm dan 660 nm. Untuk uji coba IFFI-2, ikan yang diamati adalah ikan baronang totol (Siganus guttatus) yang merupakan ikan ekonomis penting yang banyak diminati dalam kondisi segar. IFFI-2 mendeteksi kemunduran mutu ikan dengan memancarkan panjang gelombang 525 nm dan 660 nm pada ikan target menggunakan transmitter. Hasil pantulan diterima oleh receiver dan akan diolah di mikrokontroler, kemudian hasilnya ditampilkan di interface. Intensitas rasio ditemukan dengan menggunakan perbandingan dan pengurangan kedua panjang gelombang. Hasil pendeteksian ikan dengan sisik, pada panjang gelombang 660 nm berkisar -1.5 dB hingga -2 dB serta pada panjang gelombang 525 nm berkisar -2 dB hingga -2.9 dB. Sementara ikan tanpa sisik, pada panjang gelombang 660 nm berkisar -1.7 dB hingga -2.2 dB serta pada panjang gelombang 525 nm berkisar -1.8 dB hingga -2.9 dB. Kisaran-kisaran di atas menunjukkan bahwa panjang gelombang 660 nm memiliki pantulan yang lebih kuat dibandingkan dengan panjang gelombang 525 nm, baik untuk ikan dengan sisik maupun tanpa sisik. Rasio kedua panjang gelombang juga diamati dengan IFFI-2. Rasio yang dilakukan berupa pembagian kedua panjang gelombang serta pengurangan kedua panjang gelombang pada ikan dengan sisik dan tanpa sisik. Rasio perbandingan menampilkan hasil visualisasi yang lebih baik, sehingga memudahkan pengamatan fase-fase ikan. Hasil pengamatan organoleptik yang dilakukan menunjukan kondisi kondisi ikan perjamnya. Pengamatan organoleptik dilakukan sebagai perbandingan kondisi ikan antara pengamatan menggunakan instrumen dan pengamatan dengan menggunakan panca indera. Berdasarkan pengamatan organoleptik yang dilakukan, terlihat fase-fase kemunduran mutu ikan baronang totol yang diamati. Hal ini juga menunjukkan bahwa IFFI-2 dapat mengukur penurunan kualitas ikan serta pengembangan/modifikasi alat telah dilakukan dengan baik.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleDeteksi dan Estimasi Kemunduran Mutu Ikan Baronang Totol (Siganus guttatus) menggunakan Panjang Gelombang Inframerah Dekat 525 nm dan 660 nm.en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record