Show simple item record

dc.contributor.advisorTambunan, Armansyah H.
dc.contributor.advisorManalu, Lamhot P.
dc.contributor.authorChrysanty, Kezhia
dc.date.accessioned2013-02-08T07:17:31Z
dc.date.available2013-02-08T07:17:31Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60547
dc.description.abstractTemu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) merupakan salah satu tanaman temu-temuan yang digunakan sebagai jamu. Tanaman ini populer karena khasiatnya mengobati kanker. Dalam pemanfaatannya, temu putih dikembangkan dalam bentuk simplisia. Simplisia merupakan bahan alamiah yang belum diolah dan disajikan dalam bentuk kering. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang yang mengandung zat antikanker dan antioksidan yaitu kurkumin. Kandungan bahan aktif ini dipengaruhi oleh mutu simplisia. Mutu simplisia dipengaruhi oleh proses pengeringan. Pengeringan adalah suatu proses pengurangan kadar air bahan sampai kadar air tertentu. Proses pengeringan pada bahan temu-temuan tidak lepas dari konsep penegeringan lapisan tipis dan kadar air keseimbangan. Pengeringan lapisan tipis digunakan untuk menduga karakteristik pengeringan temu putih pada simulasi. Sedangkan kadar air keseimbangan digunakan untuk simulasi pengeringan dengan jumlah bahan yang lebih besar dan desain alat pengering untuk komoditas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan model matematis dan karakteristik pengeringan dari pengeringan lapisan tipis temu putih yang meliputi penurunan kadar air dan laju pengeringan, menentukan model matematis kadar air keseimbangan dan mendapatkan hubungan suhu-kelembaban udara pada proses pengeringan temu putih terhadap mutu simplisia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam analisis, rancangan dan operasional pembuatan simplisia temu putih yang bermutu. Penelitian dilakukan menggunakan mesin pengering berakuisisi. Rimpang temu putih diiris dengan ketebalan 3-5 mm dan dikeringkan secara lapisan tipis pada suhu pengering 40, 50, 60, dan 70oC dengan kelembaban udara (RH) 20, 40 dan 60%. Kecepatan udara yang digunakan yaitu 0.78-0.95 m/s dan 0.15-0.28 m/s. Hasil penelitian menggambarkan karakteristik pengeringan temu putih hanya memiliki laju pengeringan menurun. Kenaikan suhu udara 40-70oC akan menaikkan laju pengeringan temu putih. Data penelitian dicocokkan menggunakan tiga model semi teoritis dan model empiris pengeringan lapisan tipis, yaitu Newton, Henderson dan Pabis, dan Page kemudian persamaan linier sehingga didapatkan konstanta pengeringan. Ketiga model tersebut dibandingkan secara statistik menggunakan root mean square error (RMSE), reduce chi-square dan modelling efficiency (EF). Model Page dapat menggambarkan karakteristik pengeringan lapisan tipis temu putih dengan baik. Nilai Kadar air keseimbangan (Me) percobaan dibandingkan dengan persamaan Henderson, Chung-Pfost, Halsey dan persamaan polinomial menggunakan koefisien determinasi (R2) dan RMSE. Persamaan semi teoritis Henderson dan persamaan empiris persamaan polinomial dapat menggambarkan nilai kadar air keseimbangan temu putih dengan baik. Analisa mutu yang didasarkan kadar proksimat dan kadar kurkumin simplisia temu putih menggambarkan kombinasi suhu-RH yang dapat digunakan adalah suhu 50-70oC dan RH 20-40% untuk kecepatan tinggi. Sedangkan untuk 4 kecepatan rendah pada suhu 50-70oC dan RH 20%. Kadar kurkumin yang terdapat dalam simplisia adalah 0.050-.15%.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleKarakteristik Pengeringan Lapisan Tipis dan Mutu Simplisia Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe).en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record