Show simple item record

dc.contributor.advisorHartoto, Liesbetini
dc.contributor.advisorSunarti, Titi Candra
dc.contributor.authorSari, Fitri Anna
dc.date.accessioned2013-02-07T01:28:39Z
dc.date.available2013-02-07T01:28:39Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60404
dc.description.abstractSebagai negara yang terletak di daerah tropika basah, Indonesia kaya akan tanaman penghasil karbohidrat, diantaranya adalah sagu (Metroxylon sp.). Lahan sagu di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, yaitu mencapai 50% dari sekitar 2,6 juta ha luas lahan sagu dunia. Namun hanya 5% yang dibudidayakan, kebanyakan secara semi-liar dengan perawatan minimal. Sekitar 90% potensi sagu Indonesia ada di Papua, sisanya tersebar di Maluku, kepulauan Riau, Mentawai, Kalimantan dan Sulawesi (Widjono dan Jong, 2007). Pati sagu dapat diperoleh dari empulur batang sagu dengan cara ekstraksi. Selain sebagai bahan makanan, pati sagu juga digunakan sebagai bahan baku industri seperti farmasi, tekstil, kosmetika ataupun sebagai bahan energi (bioetanol) melalui proses fermentasi. Dalam kurun 1997–2006, produksi bioetanol dunia tumbuh 11% per tahun (Bukit, 2008). Seiring dengan merebaknya isu menipisnya cadangan minyak bumi dan peluang bioetanol sebagai bahan bakar alternatif, kebutuhan bioetanol di masa mendatang akan terus meningkat. Fermentasi etanol secara langsung hanya dapat dilakukan terhadap bahan yang mengandung monosakarida, sedangkan bahan pati harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi glukosa. Hidrolisis pati sagu dapat dilakukan secara asam ataupun enzimatis. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah hidrolisis secara asam, menggunakan H2SO4 dan HCl. Proses hidrolisis dilakukan menggunakan autoklaf, selama 30 menit pada suhu 121 oC. Hasil hidrolisis tersebut kemudian dinetralkan menggunakan larutan NH4OH, dan selanjutnya dipurifikasi dengan arang aktif hingga didapat hidrolisat asam yang jernih. Dari hasil penelitian didapat bahwa untuk menghidrolisis pati sagu dengan konsentrasi 16%, konsentrasi asam optimum yang digunakan adalah 0,5 N. Hidrolisat pati sagu tersebut kemudian difermentasi hingga menghasilkan etanol. Pada hidrolisis dengan asam H2SO4 0,5 N didapat nilai total gula 148,02 g/l, sedangkan hidrolisis dengan asam HCl 0,5 N sebesar 142,95 g/l. Fermentasi etanol dilakukan terhadap substrat hidrolisat pati sagu hasil hidrolisis asam dengan H2SO4 dan HCl, dengan pembanding sirup glukosa teknis, masing-masing pada konsentrasi gula 10%. Proses fermentasi dilakukan pada kondisi anaerob dengan bantuan Saccharomyces cerevisiae, selama 3 hari menggunakan inkubator goyang. Setiap 6 jam selama fermentasi dilakukan pengukuran laju pembentukan CO2, kemudian pada awal dan akhir fermentasi dilakukan analisis total gula, gula pereduksi, pengukuran pH, total asam, penentuan biomassa dan kadar etanol (dengan metode Gas Chromatography), serta perhitungan parameter kinetika ?s/s, Yx/s, Yp/s, dan Yp/x.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titlePengaruh Jenis Asam Pada Hidrolisis Pati Sagu (Metroxylon sp.) untuk Pembuatan Etanolen


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record