Migrasi dan Pemanfaatan Dalihan Na Tolu Pada Migran Etnis Batak Toba (Kasus Migran Kumpulan Marga Aritonang di Bogor, Propinsi Jawa Barat).
Abstract
Migrasi adalah salah satu komponen pertambahan penduduk yang paling sulit untuk dirumuskan dan diukur, karena siklusnya dapat terjadi lebih dari satu kali. Suku Batak merupakan yang salah satu suku dengan tingkat mobilitas (migrasi) yang tinggi yang mengantarkan mereka ke berbagai penjuru tanah air bahkan keluar negeri. Dalam proses pengambilan keputusan migrasi, misi budaya (hamoraan, hagabeon, hasangapon) turut mempengaruhi motivasi migran etnis Batak Toba. Di daerah tujuan migrasi, migran tidak melupakan budaya yang telah terintemalisasi dalam diri migran. Budaya yang dimaksud adalah sistem kekerabatan dalihan na tolu. Dalihan na tolu merupakan sistem kekerabatan pada masyarakat Batak Toba yang terdiri dari tiga unsur utama, yaitu hula-hula, boru dan dongan sabutuha. Secara sepintas, dalihan na tolu seolah-seolah hanya menunjuk pada hubungan darah saja. Bila dilihat atau diamati lebih luas, dalihan na tolu juga mengakui kodrat dan kehendak Tuhan. Dalihan na tolu sangat menghargai semua pihak untuk duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi terhadap keadilan tutur adat.