Karakteristik Fisik Dan Kimia Telur Ayam Arab Pada Dua Peternakan Di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur
Abstract
Arabic chicken egg could be used to meet the demand of local chicken eggs in Indonesia. However, there is little information on the physical and chemical characteristics of Arabic chicken eggs. The aims of this research were to observe the interaction between farming practices and the age of Arabic chickens on physical characteristics of their eggs, and to analyze the impact of farming practices on chemical characteristics of Arabic chicken eggs. One hundred and eighty eggs obtained from two farms (F and S) in Tulungagung, East Java were used in this research. A factorial completely randomized design was used in this study. The research results show that farming practices significantly (P<0.05) affected eggs physical characteristics. The physical characteristics of Arabic chicken eggs in F farm (except HU) were higher than those of Arabic chicken eggs in S farm. However, HU and percentage of albumen component of the egg of S farm were higher that those of F farm. The age of chickens significantly (P< 0.05) affected the shape index, albumen weight, HU, and weight, index and color of yolk. There was significant interaction (P<0.05) between farming practices and the age of Arabic chickens in the weight and color of yolk. The crude protein, fat, and energy content of the yolk of S farm were the highest (10.25 %, 0.27%, 0.31 %, and 0.06 %) than other nutrients. The crude protein, calcium, phosphorus, and NaCl content of albumen were in Arabic chicken eggs of F farm were the highest. It’s concluded that Arabic chickens in F farm produced the better egg qualities compared to those on S farm. Telur ayam lokal adalah bahan pangan sumber protein hewani yang memiliki kandungan protein yang tinggi dan gizi yang hampir sempurna. Tingkat konsumsi nasional terhadap telur ayam lokal Indonesia cukup tinggi, namun sistem pemeliharaan ayam lokal yang umumnya masih sederhana menyebabkan pengembangbiakan, produktivitas dan kualitas ayam lokal menjadi rendah. Salah satu ayam lokal Indonesia yang memiliki produktivitas yang tinggi adalah ayam Arab. Namun, sampai saat ini data tentang karakteristik fisik dan kimia telur ayam Arab masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis interaksi antara manajemen pemeliharaan dengan umur ayam pada kualitas fisik telur ayam Arab, serta pengaruh manajemen pemeliharaan terhadap kualitas kimia telur ayam Arab pada peternakan F dan S di Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan 180 sampel dan ditunjang oleh data sekunder dari peternakan F dan S berupa data manajemen pemeliharaan ayam Arab pada umur 52, 55, dan 58 minggu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL Faktorial dengan 3 ulangan, dimana faktor A adalah manajemen pemeliharaan dan faktor B adalah umur ayam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata (P<0,05) manajemen pemeliharaan terhadap kualitas fisik telur. Rataan berat telur, indeks telur, berat putih, berat dan warna kuning, berat dan tebal kerabang di peternakan F lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam Arab di peternakan S. Nilai haugh unit (HU) dan persentase komponen putih telur yang lebih tinggi terdapat pada telur ayam Arab di peternakan S. Umur ayam mempengaruhi (P<0,05) karakteristik telur yaitu indeks telur, berat putih telur, haugh unit (HU), berat, indeks dan warna kuning telur. Pada penelitian ini, terdapat interaksi (P<0,05) antara manajemen pemeliharaan dan umur ayam Arab terhadap berat dan warna kuning telur. Hasil analisa kimia telur menunjukan bahwa kandungan protein, lemak dan energi yang tinggi terdapat pada kuning telur di peternakan S, yaitu berturut-turut 18,93 %, 32,24 %, dan 3886 kkal/kg. Karakteristik kimia putih telur di peternakan S memiliki kandungan protein, Ca, P dan NaCl yang lebih rendah (10,25 %, 0,27%, 0,31%, dan 0,06%) dibandingkan dengan karakteristik kimia telur di peternakan F(10,33 %, 0,30 %, 0,32 %, dan 0,11 %). Kandungan Ca dalam kerabang telur di peternakan S lebih tinggi (45,89 %) dibandingkan dengan kerabang di peternakan F (41,93 %), namun kandungan P dalam kerabangnya lebih rendah (0,90 %) dibandingkan dengan peternakan F (1,69 %). Secara keseluruhan ayam Arab di peternakan F menghasilkan telur dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan ayam Arab di pternakan S.