Show simple item record

dc.contributor.authorJati, Galih Prasetyo
dc.date.accessioned2010-07-15T02:15:25Z
dc.date.available2010-07-15T02:15:25Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/33000
dc.description.abstractMaltodekstrin adalah salah satu jenis pati temodifikasi yang digunakan dalam berbagai industri. Sebagian besar kebutuhan maltodekstrin di Indonesia masih dipenuhi produk impor, diperkirakan nilai impor pati termodifikasi ke Indonesia tiap tahunnya mencapai US$ 150 juta. Sebetulnya dengan potensi alam yang ada, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan produk dalam negeri, karena Indonesia memiliki banyak tanaman yang merupakan sumber pati. Pati singkong, atau tapioka, adalah salah satu pati yang dapat digunakan untuk membuat maltodekstrin. Saat ini, sebgaian besar tapioka yang dihasilkan Indonesia hanya digunakan untuk membuat produk dengan nilai tambah rendah seperti kerupuk. Pemanfaatan tapioka sebagai bahan baku maltodekstrin akan meningkatkan nilai tambah produk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek teknoekonomi pendirian pabrik maltodekstrin berbahan baku tapioka di Kabupaten Bogor. Skala industri yang akan didirikan direncanakan termasuk dalam kategori industri menengah. Kapasitas produksi pabrik sebesar 1 ton tapioka per hari atau setara dengan 300 ton tapioka per tahun. Lokasi pabrik ditetapkan di Desa Sentul, Kecamatan Babakan Madang, yang merupakan salah satu kawasan peruntukkan industri di Kabupaten Bogor dan memiliki kedekatan dengan lokasi sumber bahan baku. Teknologi produksi yang digunakan adalah metode hidrolisis basah dengan asam kuat sebagai katalis. Neraca massa menunjukkan rendemen produk sebesar 90.37 persen. Penghitungan finansial menunjukkan investasi yang dibutuhkan sebesar Rp.1,392,894,864.investasi berasal dari modal sendiri dan pinjaman bank dengan Debt Equity Ratio 50 : 50. Berdasarkan analisis kriteria investasi, industri ini layak didirikan di Kabupaten Bogor. Analisis Net Present Value (NPV) menunjukkan nilai Rp. 626,722,433. Analisis Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan nilai 25.34 persen. Analisis Pay Back Period (PBP) menunjukkan investasi dapat kembali dalam jangka waktu 4 tahun. Nilai B/C Ratio sebesar 1.45. Analisis sensitifitas menunjukkan titik kritis kenaikan biaya produksi adalah 15.68 persen. Titik kritis kenaikan harga bahan baku 25.07 persen. Titik kritis penurunan harga produk sebesar 10.27. persen. Itu artinya, bila kenaikan biaya produksi atau kenaikan harga bahan baku atau penurunan harga produk lebih besar dari nilai – nilai tersebut, maka proyek tidak layak lagi untuk dijalankan dalam jangka waktu lama.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleKajian Teknoekonomi Agroindustri Maltodekstrin di Kabupaten Bogorid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record