Suplementasi Tepung Jangkrik dalam Ransum Komersial terhadap Komposisi Fisik Telur Ayam Ras
Abstract
Telur merupakan salah satu produk unggulan peternakan yang mempunyai fungsi ganda. Selain sebagai bahan pangan bagi manusia yang bergizi tinggi, telur merupakan bahan biologi yakni sebagai calon individu baru bagi unggas. Komposisi telur terdiri dari kerabang, putih telur dan kuning telur. Kandungan nutrisi ransum dapat mengubah komposisi telur. Tepung jangkrik mengandung protein yang cukup tinggi termasuk hormon estrogen sehingga berpotensi untuk bahan ransum, khususnya ransum unggas. Beberapa literatur menyebutkan bahwa peningkatan kandungan protein ransum mempengaruhi komposisi telur. Hormon estrogen pada unggas membantu metabolisme kalsium dan sintesis lemak serta albumin telur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suplementasi tepung jangkrik dalam ransum komersial terhadap komposisi fisik telur ayam ras. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2005. Sebanyak 90 ekor ayam petelur Strain ISA-brown umur 20 minggu dikelompokkan secara acak ke dalam 5 taraf perlakuan suplementasi tepung jangkrik yaitu 0; 0,25; 0,50; 0,75 dan 1% dari bobot ransum. Setiap perlakuan diulang tiga kali dan setiap ulangan terdiri dari enam ekor ayam. Pengambilan data dilakukan setiap seminggu sekali selama sepuluh minggu penelitian. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varians (ANOVA). Hasil analisis yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi tepung jangkrik dalam ransum komersial tidak berpengaruh terhadap bobot telur dan komposisi fisik telur ayam (persentase kerabang telur, putih telur dan kuning telur) selama penelitian. Suplementasi tepung jangkrik sampai taraf 1% tidak banyak mengubah tingkat protein ransum yang dilaporkan berpengaruh terhadap bobot dan komposisi telur. Sementara itu kandungan protein ransum dalam taraf yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ayam petelur pada periode produksi dan relatif tidak berbeda antar taraf perlakuan, sehingga bobot dan komposisi telur relatif sama pada setiap taraf perlakuan. Kandungan kalsium ransum juga tidak banyak berubah pada setiap taraf suplementasi tepung jangkrik yang menyebabkan persentase kerabang juga tidak berbeda pada setiap taraf perlakuan. Kandungan estrogen dalam ransum dengan suplementasi tepung jangkrik sampai taraf 1% juga masih terlalu kecil sehingga tidak berpengaruh terhadap komposisi telur.