Mempelajari Pembuatan Kloro Karagenan Dari Rumput Laut Jenis Eucheama cottonii dengan Penambahan Kombinasi Beberapa Konsentrasi Koh Dan Kci
Abstract
Rumput laut merupakan salah satu hasil perairan laut yang berpotensi besar untuk dikembangkan karena jenisnya yang sangat beragam. Hal ini terlihat dari hasil suatu eksplorasi di perairan Indonesia dimana tercatat tidak kurang dari 555 jenis rumput laut yang ada, diantaranya 56 jenis telah dimanfaatkan. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pembuatan kloro karagenan dari rumput laut jenis Eucheuma cottonii dengan penambahan kombinasi beberapa konsentrasi KOH dan konsentrasi KC1. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lamanya perendaman optimum rumput laut dalam bahan pemutih (H2O2) serta jenis alat pengering yang digunakan terhadap tingkat warna yang dihasilkan pada tepung karagenan. Penelitian utama dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan antara konsentrasi KOH dan konsentrasi KC1 tehadap mutu tepung karagenan yang dihasilkan. Analisis mutu tepung karagenan yang dilakukan antara lain: rendemen, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sulfat, viskositas, kekuatan gel, serat kasar dan derajat putih. Hasil Perendaman yang dilakukan pada penelitian pendahuluan diperoleh perendaman selama 18 jam sebagai perendaman optimum, sedangkan alat pengering oven memberikan tingkat pengeringan yang lebih baik jika dibandingkan dengan alat pengeringan drum dryer. Berdasarkan hasil analisis mutu tepung karagenan pada penelitian utama menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi KOH memberikan pengaruh yang nyata terhadap rendemen tepung karagenan yang dihasilkan. Rendemen tertinggi diperoleh dari perlakuan A2B3 (KOH 1%; KCI 0,1%) sebesar 28,98% dan rendemen terendah dari perlakuan AIBI (KOH 0,5%; KCI 0,05%) sebesar 25,13% Perlakuan konsentrasi KOH dan konsentrasi KCI memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar air tepung karagenan yang dihasilkan, sedangkan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air tepung karagenan yang dihasilkan. Kadar air tertinggi diperoleh dari perlakuan AIBI (KOH 0,5%; KCI 0,05%) sebesar 11,95% dan nilai terendah dari perlakuan A1B2 (KOH 0,5%; KCI 0,075%) sebesar 7,03%. Perlakuan konsentrsi KOH dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar abu tepung karagenan. Kadar abu tertinggi diperoleh dari perlakuan A2B1 (KOH 1%; KCI 0.05%) sebesar23,76% dan kadar abu terendah dari perlakuan AIBI (KOH 0,5%; KCI 0,05%) sebesar 20,59%. Perlakuan konsentrasi KOH dan konsentrasi KCI memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar abu tidak larut asam, sedangkan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar abu tidak larut asam tepung karagenan. Kadar abu tidak larut asam tertinggi diperoleh dari perlakuan AIBI (KOH 0,5%; KCI 0,05%) sebesar 2,66% dan nilai rata-rata terendah sebesar 1,13% dari perlakuan A1B2 (KOH 0,5%; KCI 0,075%). Perlakuan konsentrasi KCI dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar sulfat tepung karagenan yang dihasilkan, Kadar sulfat tertinggi dari perlakuan A1B3 (KOH 0,5%; KCI 0,1%) sebesar 17,41% dan nilai kadar sulfat terendah dari perlakuan A2B1 (KOH 1%; KCI 0,05%) sebesar 9,97%. Interaksi antara konsentrasi KOH dan konsentrasi KCL memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai viskositas tepung karagenan yang dihasilkan. Viskositas tertinggi diperoleh dari perlakuan A2B3 (KOH 1%; KCI 0,1%) sebesar 3,4 cps dan viskositas terendah dari perlakuan A1B2 (KOH 0,5%; KCI 0,075%) sebesar 2,95 cps. Perlakuan konsentrasi KOH dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap kekuatan gel tepung karagenan yang dihasilkan,Kekuatan gel tertinggi diperoleh dari perlakuan A2B1 (KOH 1%; KC1 0,05%) sebesar 307,86 gr/cm2 dan kekuatan gel terendah dari perlakuan (KOH 0,5%; KC1 0,05%) sebesar 166,31 gr/cm2. Perlakuan konsentrasi KOH memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap serat kasar tepung karagenan, sedangkan perlakuan konsentrasi KC1 memberikan pengaruh yang nyata terhadap serat kasar tepung karagenan. Nilai rata-rata serat kasar tertinggi diperoleh dari perlakuan A1B2 (KOH 0,5%; KC1 0,075%) sebesar 3,26% dan nilai terendah dari perlakuan A2B3 (KOH 1%; KC1 0,1%) sebesar 0,85%. Interaksi antara KOH dan KC1 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap derajat putih tepung karagenan. Derajat putih tertinggi diperoleh dari perlakuan AIBI (KOH 0,5%; KC1 0,05%) dan perlakuan A2B2 (KOH 1%; KC1 0,075%) sebesar 80,40%o dan nilai derajat putih terendah dari perlakuan A1B3 (KOH 0,5%; KCi 0,1%) sebesar 70,58%. Perlakuan yang dipilih sebagai perlakuan yang terbaik dari kombinasi kedua jenis bahan tersebut yaitu perlakuan A1B3 (KOH 0,5% dengan KCI 0,1%»), karena mutu tepung karagenan yang dihasilkan berada dalam standar yang telah ditetapkan oleh FAO, FCCdan ECC. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui tingkat stabilitas pH serta penambahan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan kadar garam dan mineral selama proses ekstraksi. Selain itu perlu dilakukan pengujian organoleptik meliputi warna, bau, penampakan dan tekstur untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen.