Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Madu Kapuk Hasil Dehumidifikasi dengan Suhu Berbeda

Abstract

Madu kapuk, dihasilkan dari sumber nektar pohon kapuk randu, sebagian besar madu kapuk memiliki kadar air lebih tinggi dibandingkan madu floral lainnya. SNI 8664:2024 menetapkan kadar air maksimum untuk madu dari lebah Apis mellifera sebesar 22%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik fisikokimia dan organoleptik madu kapuk setelah perlakuan penurunan kadar air menggunakan metode dehumidifikasi pada suhu yang berbeda, yaitu: kontrol (suhu ruang), suhu 37,5 °C, dan suhu 39,5 °C. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan dehumidifikasi memberikan pengaruh nyata secara fisikokimia khususnya terhadap kadar air, berat, volume dan rendemen madu. Secara organoleptik, madu yang telah melalui proses dehumidifikasi memiliki karakteristik yang lebih disukai oleh panelis. Kesimpulannya proses dehumidifikasi dengan suhu 37,5 °C dan 39,5 °C dapat meningkatkan kualitas madu baik secara fisikokimia maupun organoleptik.

Kapok honey, produced from the nectar of the kapok randu tree, most kapok honey has a higher water content than other floral honeys. SNI 8664:2024 sets the maximum water content for honey from Apis mellifera bees at 22%. This study aims to analyze the physicochemical and organoleptic characteristics of kapok honey after water content reduction treatment using the dehumidification method at different temperatures, namely: control (ambient temperature), temperature 37,5 °C, and temperature 39,5 °C. The results of the analysis showed that the dehumidification treatment had a significant physicochemical effect, particularly on the water content, weight, volume and yield of honey. Organoleptically, honey that has gone through a dehumidification process has characteristics that are preferred by panelists. The conclusion is dehumidification process at temperatures of 37,5 °C and 39,5 °C can improve the quality of honey both physicochemically and organoleptically.