Komunikasi Keluarga, Kelekatan Peer Group, Dan Self-Efficacy Terhadap Resiliensi Pada Anak Papua
Abstract
Tanah Papua masih menghadapi berbagai permasalahan kompleks, termasuk
konflik bersenjata dan tingginya angka putus sekolah, sehingga resiliensi sebagai
kemampuan individu untuk bangkit dari kesulitan menjadi aspek penting dalam
konteks sosial Papua. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
komunikasi keluarga, kelekatan peer group, dan self-efficacy terhadap resiliensi
pada remaja Papua. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif kepada 121
responden remaja Papua yang berusia 15-20 tahun dan dilakukan di salah satu
sekolah di Bogor dan Tangerang pada Bulan Februari 2025. Teknik pengambilan
data menggunakan purposive sampling. Data analisis deskriptif menggunakan
SPSS 25.0. Hasil uji regresi pada responden menunjukkan bahwa resiliensi
terbentuk karena adanya komunikasi keluarga dan self-efficacy yang kuat. Hasil uji
korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara
komunikasi keluarga, self-efficacy terhadap resiliensi namun secara komposit
kelekatan peer group menunjukkan hubungan yang tidak signifikan terhadap
resiliensi. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya program intervensi berbasis
keluarga dan pengembangan kapasitas individu dalam rangka mendukung resiliensi
remaja di wilayah dengan kondisi sosial yang rentan. Papua still faces various complex problems, including armed conflict and high
school dropout rates, so resilience as an individual's ability to recover from
difficulties is an important aspect in the social context of Papua. This study aims to
analyze the effect of family communication, peer group attachment, and self
efficacy on resilience in Papuan adolescents. This study used quantitative data from
121 Papuan adolescent respondents aged 15-20 years and was conducted at one of
the schools in Bogor and Tangerang in February 2025. The data collection
technique used purposive sampling. Descriptive and inferential data by used SPSS
25.0. The results of the regression test on respondents showed that resilience was
formed due to strong family communication and self-efficacy. The results of the
correlation test showed that there was a significant positive relationship between
family communication, self-efficacy on resilience, but the composite peer group
attachment showed an insignificant relationship to resilience. This study
recommends the importance of family-based program interventions and individual
capacity development in order to support adolescent resilience in areas with
vulnerable social conditions.
