Karaktertistik Sifat Antibakteri Fraksi Ekstraseluler Bacillus amyloliquefaciens SLBD dari Feses Kuda

Abstract

Bacillus amyloliquefaciens SLBD yang diisolasi dari feses kuda diketahui mengandung senyawa antimikroba dan berpotensi sebagai pengawet alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi sifat antibakteri dari fraksi ekstraseluler, mengevaluasi dan menilai stabilitas termal aktivitas antibakteri. Fraksi ekstraseluler diperoleh pada fase adaptasi (<10 jam), logaritmik (10-75 jam), dan stasioner (75-78 jam). Konsentrasi protein dan total protein ditentukan dengan menggunakan metode Lowry. Aktivitas antibakteri diuji terhadap Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella typhi. Fraksi ekstraseluler dari fase logaritmik menunjukkan aktivitas antibakteri tertinggi dengan spektrum yang luas dan zona hambat terbesar pada S. typhi (9,40 mm) dan E. coli (8,46 mm). Fase logaritmik tetap stabil hingga 100 °C, dengan peningkatan aktivitas yang signifikan terhadap S. typhi pada suhu tinggi. Nilai IC50 terendah ditemukan untuk S. aureus (38,979 µg mL-1), menandakan potensi penghambatan yang kuat

Bacillus amyloliquefaciens SLBD isolated from horse feces was found to contain antimicrobial compounds and had potential as a natural preservative. This study aimed to characterize the antibacterial properties of the extracellular fraction, evaluate and assess their thermal stability of its antibacterial activity. Extracellular fractions were collected from the lag phase (<10 hours), log phase (10–75 hours), and stationary phase (75–78 hours). Protein concentration and total protein were determined using the Lowry method. Antibacterial activity was tested against Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Salmonella typhi. The extracellular fraction from the logarithmic phase showed the highest antibacterial activity with a broad spectrum, exhibiting the largest inhibition zones, especially against S. typhi (9,40 mm) and E. coli (8,46 mm). Logarithmic phase fraction remained stable up to 100 °C, with a significant increase in activity against S. typhi at higher temperatures. The lowest IC50 value was found for S. aureus (38,979 µg mL-1), indicating strong inhibitory potential.