Studi Pemanfaatan Dana BLT dan Alokasi Waktu Ibu Bekerja dan Tidak bekerja Penerima Bantuan Langsung Tunai (Studi Kasus di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)
Abstract
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan dana BLT dan alokasi waktu ibu bekerja dan tidak bekerja pada keluarga penerima bantuan langsung tunai di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga penerima BLT pada kelompok ibu bekerja dan tidak bekerja; 2) mengidentifikasi pemanfaatan dana bantuan langsung tunai kelompok ibu bekerja dan tidak bekerja pada keluarga penerima BLT; 3) menganalisis alokasi waktu kelompok ibu bekerja dan tidak bekerja pada keluarga penerima BLT; 4) mengetahui hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan alokasi waktu kelompok ibu bekerja dan tidak bekerja pada keluarga penerima BLT.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian dilaksanakan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (Purposive Sampling) dengan pertimbangan bahwa Desa Cikarawang merupakan desa urutan ke-3 terbanyak penerima dana BLT sebanyak 808 kepala keluarga dan mudah diakses. Pengumpulan data dilakukan pada bulan maret 2006. Pemilihan responden ibu bekerja dan tidak bekerja masing-masing 30 responden secara Stratified Random Sampling.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung menggunakan kuesioner meliputi karakteristik responden (umur, pendidikan, dan pekerjaan), karakteristik keluarga (umur, pendidikan, pekerjaan, dan besar keluarga), pendapatan, kriteria rumah tangga miskin, keadaan lingkungan tempat tinggal, kepemilikan aset, alur pemanfaatan BLT, dan manajemen alokasi waktu. Data sekunder diperoleh dari BPS Kabupaten Bogor dan kantor Kelurahan setempat. Data yang diperoleh diedit, diskor, dientri, dan dianalisis (deskriptif, frekuensi, dan korelasi) dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS version 13.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari separuh suami responden pada kelompok ibu bekerja berusia antara 41-50 tahun, sedangkan pada kelompok ibu tidak bekerja berusia diatas 50 tahun. Proporsi terbesar pendidikan suami responden pada kelompok ibu bekerja adalah tamat SD, sedangkan pada kelompok ibu tidak bekerja adalah tidak tamat SD. Pekerjaan suami baik pada kelompok ibu bekerja (46.7%) maupun tidak bekerja (43.3%) adalah buruh. Besar keluarga baik pada kelompok ibu bekerja (53.3%) maupun tidak bekerja (50%) berada pada kategori keluarga sedang (5-7 orang).
Persentase terbesar responden pada kelompok ibu bekerja berusia antara 20-35 tahun, sedangkan pada kelompok ibu tidak bekerja berusia antara 36-51 tahun. Pendidikan responden pada kelompok ibu bekerja adalah tamat SD (46.7%), sedangkan pada kelompok ibu tidak bekerja adalah tidak tamat SD (46.7%). Sebagian besar pekerjaan responden pada kelompok ibu bekerja adalah pembantu rumah tangga.
Rata-rata pendapatan/kapita/bulan keluarga pada kelompok ibu bekerja sebesar Rp 149 498 lebih tinggi dibanding dengan kelompok ibu tidak bekerja sebesar Rp 135 038. Hal ini karena semakin besarnya jumlah anggota keluarga maka pendapatan perkapita akan semakin kecil. Sebagian besar kontribusi bantuan langsung tunai terhadap pendapatan pada kedua kelompok responden berkisar antara 10 persen sampai 25 persen. Perbedaan persentase kontribusi BLT ini terjadi karena adanya perbedaan pendapatan total keluarga. Semakin tinggi pendapatan, maka semakin rendah persentase kontribusi BLT yang didapatkan.
Dana bantuan langsung tunai pada kelompok ibu bekerja dan tidak bekerja yaitu untuk membayar hutang, sembako atau konsumsi, kesehatan, kegiatan sosial, listrik, pendidikan, dan investasi. Selain itu dana BLT juga digunakan untuk tambahan modal, tetapi hanya terjadi pada kelompok ibu bekerja saja. Persentase terbesar penggunaan dana BLT baik pada kelompok ibu bekerja (40.6%) maupun tidak bekerja (41.2%) yaitu untuk sembako atau untuk konsumsi sehari-hari.
Rata-rata waktu produktif pada kelompok ibu bekerja sebesar 6.5 jam/hari (27%), sedangkan pada kelompok ibu tidak bekerja tidak memiliki waktu produktif. Rata-rata waktu pekerjaan rumah tangga pada kelompok ibu bekerja sebesar 3.8 jam/hari (15.8%), sedangkan pada kelompok ibu tidak bekerja sebesar 7.1 jam/hari (29.7%). Pekerjaan rumah tangga terdiri atas pekerjaan memasak, mencuci, mengasuh anak, dan membersihkan rumah. Rata-rata waktu leisure pada kelompok ibu bekerja sebesar 13.7 jam/hari (57.2%), sedangkan pada kelompok ibu tidak bekerja sebesar 16.9 jam/hari (70.3%). Waktu leisure terdiri atas waktu tidur, menonton TV/istirahat, pribadi, dan sosial. Persentase terbesar rata-rata alokasi waktu pada kedua kelompok responden yaitu alokasi waktu leisure.
Berdasarkan hasil uji Korelasi Pearson, terdapat hubungan yang tidak nyata dalam hal umur, besar keluarga, pendapatan dan kontribusi BLT dengan waktu produktif pada kelompok ibu bekerja (p>0.05). Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara umur responden dengan waktu pekerjaan rumah tangga pada kelompok ibu bekerja (p<0.05), sedangkan pada kelompok ibu tidak bekerja terdapat hubungan yang negatif dan tidak signifikan (p>0.05). Terdapat hubungan yang tidak nyata antara besar keluarga, pendapatan dan kontribusi BLT dengan waktu pekerjaan rumah tangga pada kedua kelompok responden (p>0.05). Terdapat hubungan yang positif dan tidak nyata antara umur responden dan kontribusi BLT dengan waktu leisure pada kedua kelompok responden. Selain itu terdapat hubungan yang negatif dan tidak nyata antara besar keluarga dan pendapatan dengan waktu leisure pada kedua kelompok responden. (p>0.05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan dana BLT yang cukup besar yaitu digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan membayar hutang kredit barang konsumtif. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan dana BLT kurang baik (lebih konsumtif), padahal tidak selamanya BLT diberikan kepada keluarga miskin. Untuk itu perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan dana BLT dengan baik, agar berdaya guna, efisien, dan efektif, sehingga warga miskin memiliki pemahaman dan kemampuan manajemen dalam mengelola uang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan efektivitas dari program pengentasan kemiskinan.
Berdasarkan hasil penelitian, pada umummya penerima BLT banyak menggunakan waktunya untuk kegiatan non produktif (waktu leisure). Untuk itu, seharusnya penerima BLT menggunakan waktunya untuk kegiatan yang lebih bermanfaat (produktif) dengan membuka usaha bersama menggunakan sebagian dari dana BLT, sehingga akan meningkatan kesejahteraan keluarga.
