Perilaku Konsumsi Ikan Pada Wanita Dewasa Di Wilayah Pantai Dan Bukan Pantai, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
View/ Open
Date
2005Author
Kurniawati, Nia
Retnaningsih
Koeshendrajana, Sonny
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mempelajari perilaku konsumsi ikan pada wanita dewasa di wilayah pantai dan bukan pantai, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tujuan khususnya adalah (1) mengkaji faktor internal (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan gizi, dan preferensi) dan eksternal (besar keluarga, pendapatan keluarga, sumber informasi, dan budaya) di wilayah pantai dan bukan pantai, Propinsi DIY, (2) mengkaji perilaku konsumsi ikan pada contoh di wilayah pantai dan bukan pantai, Propinsi DIY, (3) menganalisis faktor internal dan eksternal yang berbeda nyata, berhubungan dan mempengaruhi perilaku konsumsi ikan pada contoh di wilayah pantai dan bukan pantai, Propinsi DIY
Penelitian ini merupakan bagian dari riset yang dilakukan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan yang berjudul "Studi Preferensi dan Perilaku Konsumsi Ikan dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional". Penelitian ini menggunakan metode survei dengan disain cross sectional study. Pengambilan data dilakukan secara stratified random sampling pada tahap awal. Berdasarkan pertimbangan keterbatasan waktu, dana dan sumberdaya yang tersedia pemilihan Kabupaten Bantul dan Sleman dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa kedua wilayah tersebut masing-masing mewakili wilayah pantai dan bukan pantai. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu bulan Juni-Juli 2005.
Contoh adalah wanita dewasa. Cara pengambilan contoh dilakukan secara purposive, dengan syarat dapat membaca dan menulis. Sebanyak 33 contoh di Kabupaten Bantul diambil dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Bahari 45 dan TPI Kuwaru. Adapun 34 contoh di Kabupaten Sleman diambil dari empat kecamatan (Depok, Pakem, Kalasan, dan Ngemplak) sehingga total contoh adalah 67 orang.
Data terdiri dari data primer yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yang diambil dari instansi terkait. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji beda Mann-Whitney, uji korelasi Rank Spearman dan uji regresi berganda Uji beda Mann-Whitney digunakan untuk melihat perbedaan umur, pengetahuan gizi, besar keluarga, pendapatan per kapita keluarga, dan jumlah ikan yang dikonsumsi. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan antara pendidikan, pengetahuan gizi, besar keluarga dengan frekuensi dan jumlah ikan. Uji regresi berganda untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi ikan, khususnya jumlah ikan yang dikonsumsi pada contoh di wilayah pantai dan bukan pantai.
Berdasarkan hasil penelitian, umur contoh pada wilayah pantai memiliki kisaran antara 23-49 tahun dengan rata-rata umur 37,4 tahun dan di wilayah bukan pantai 23-45 tahun dengan rata-rata umur 35,4 tahun dengan kisaran umur terbanyak pada kategori dewasa awal (20-40 tahun). Tingkat pendidikan akhir contoh di kedua wilayah lebih banyak SMA (33,3% di wilayah pantai dan 61,8% di wilayah bukan pantai). Jenis pekerjaan contoh di wilayah pantai sebagai pedagang ikan (48,5%), sedangkan contoh di wilayah bukan pantai tidak bekerja 47.1%) Pengetahuan gizi contoh di kedua wilayah termasuk dalam kategori baik, yaitu 63,6% untuk pengetahuan gizi di wilayah pantai (rata-rata skor 82,1) dan 44,1% di wilayah bukan pantai (rata-rata skor 74,5) Preferensi ikan di wilayah pantai adalah ikan bandeng (30,3%), sedangkan di wilayah bukan pantai adalah ikan nila (79,4%). Contoh di kedua wilayah termasuk dalam kategori keluarga kecil (≤4 orang), yaitu 75,8% di wilayah pantai dan 58,8% di wilayah bukan pantai dengan kisaran besar keluarga di kedua wilayah 2-8 orang Pendapatan per kapita keluarga contoh tergolong dalam kategori tidak miskin (> Rp.137.132/kap/bl) dengan persentase 72,7% di wilayah pantai dan 70,6% di wilayah bukan pantai. Sumber informasi bagi contoh di wilayah pantai adalah dari teman dan media informasi dengan persentase sama 33,3%, sedangkan 47,1% contoh di wilayah bukan pantai sumber informasinya dari media informasi Budaya ikan jarang ditemui di kedua wilayah. Tabu/pantangan makan ikan hanya 3,0% ditemukan di wilayah pantai dan 2,9% di wilayah bukan pantai
Contoh di kedua wilayah memiliki frekuensi dan alasan mengkonsumsi ikan yang sama, yaitu 1-3x seminggu untuk frekuensi makan ikan dan alasan karena gizi dan kesehatan. Jenis ikan yang banyak dikonsumsi contoh di wilayah pantai adalah ikan segar yang berasal dari laut (54,5%), seperti: ikan kakap. cakalang, kembung, surung, bawal, dan lele laut. Adapun jenis ikan yang banyak dikonsumsi contoh di wilayah bukan pantai adalah ikan nila, lele, dan mas yang merupakan ikan air tawar (100,0%). Jumlah ikan rata-rata 50,9 g/kap/hr di wilayah pantai dan 27,3 g/kap/hr di wilayah bukan pantai. Cara memperoleh ikan adalah membeli di wilayah pantai dan hasil sendiri di wilayah bukan pantai Tempat pembelian ikan di TPI pada contoh di wilayah pantai dan kolam di wilayah bukan pantai.
Berdasarkan hasil uji beda nyata Mann-Whitney maka tidak terdapat perbedaan nyata antara umur, besar keluarga, pendapatan per kapita di wilavah pantai dan bukan pantai. Adapun yang berbeda nyata adalah pengetahuan gizi (p=0,024) dan jumlah ikan yang dikonsumsi contoh (p=0,010). Sesuai hasil uji korelasi Rank Spearman, maka yang berhubungan nyata adalah pengetahuan gizi contoh dengan jumlah ikan yang dikonsumsi (r=0,258, p=0,035). Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa jumlah ikan yang dikonsumsi contoh 9,8% dapat dijelaskan oleh variabel umur, pengetahuan gizi, besar keluarga, pendapatan per kapita, tetapi hubungannya tidak signifikan. Hal ini kemungkinan besar karena model yang dikembangkan tidak tepat serta data kurang lengkap mencerminkan data hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan perilaku konsumsi.
Konsumsi ikan pada konsumen di wilayah pantai dan bukan pantai belum mencapai 67,4 g/kap/hr dan sebaiknya wanita dewasa meningkatkan konsumsi ikan mereka guna memenuhi kebutuhan protein dari perikanan. Dilihat dari preferensi ikan maka produsen diharapkan dapat membuat inovasi baru sehingga dapat meningkatkan pemasaran, misalnya membuat produk olahan dari ikan. Mengingat arti pentingnya produk ikan maka produsen sebaiknya juga meningkatkan citra produknya. Instansi terkait, khususnya Departemen Kelautan dan Perikanan sebaiknya meningkatkan promosi "Gemar Makan Ikan". Selain itu, perlu peningkatan dalam hal produksi, distribusi, dan fasilitas untuk memberi kesadaran pada masyarakat agar mengkonsumsi ikan.
