Show simple item record

dc.contributor.advisorFuah, Asnath Maria
dc.contributor.advisorPriyanto, Rudy
dc.contributor.advisorSalundik
dc.contributor.authorYulianso, Pratama
dc.date.accessioned2025-01-23T23:43:22Z
dc.date.available2025-01-23T23:43:22Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160979
dc.description.abstractLuas wilayah Kabupaten Tebo, secara administratif adalah 6.461 km2 merupakan salah satu kabupaten yang memiliki budidaya kebun sawit dan integrasi ternak sapi bali. Pola integrasi sawit-sapi sudah dicanangkan untuk pemanfaatan lahan dan pengembangan ternak sapi bali pada wilayah yang memiliki perkebunan sawit dalam rangka swasembada daging dan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini tertulis dalam Permentan no 105 tahun 2014, tentang integrasi perkebunan kelapa sawit dengan budidaya sapi bali. Penelitian yang dilakukan bertujuan mengevaluasi sistem pemeliharaan, dinamika populasi dan indeks keberlanjutan sapi bali di Kabupaten Tebo. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Responden peternak dan penentuan lokasi penelitian dipilih menggunakan metode purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, diskusi, kuesioner, survei lapangan dengan responden maupun analisis persepsi pakar dan berbagai pustaka yang terkait dengan penelitian yang direview untuk memperoleh informasi tentang usaha yang dilakukan peternak. Analisis data yang digunakan untuk struktur populasi ternak sapi adalah anilisis statistik deskriptif dengan menghitung persentase berdasarkan umur ternak. Analisis keberlanjutan usaha peternakan sapi lokal di Kabupaten Tebo dilakukan menggunakan pendekatan Multidemensional Scaling (MDS) yang disebut dengan Rap-CP (Cattle-Palm) yang merupakan pendekatan yang dimodifikasi dari program Rapfish. Aspek-aspek yang mendukung keberlanjutan peternakan di Kabupaten Tebo yaitu umur, pengalaman beternak, kepemilikan lahan sawit, kepemilikan ternak, dan pendapatan beternak. Pada pola pemeliharaan intensif tingkat kelahiran ternak sapi sebesar 66,67% dari jumlah induk, ternak yang dibeli sebesar 7,14%, Tidak terdapatnya kematian ternak, Tingkat pemotongan ternak sapi sebesar 25% dari jumlah pejantan dan 1,19% dari jumlah populasi, Tidak terdapatnya angka kehilangan ternak pada pola pemeliharaan intensif, Tingkat penjualan yang dilakukan oleh para peternak sebesar 5,16%, Peternak mengawinkan sapi jantan pertama kali pada umur 23,33 bulan dan sapi betina pada umur 17,63 bulan, Peternak mengawinkan ternaknya 79,17% secara IB dan 20,83% kawin alam, Umur penyapihan 3,16 bulan, Umur induk pertama kali melahirkan 33,09 bulan, Lama PPM 3,05 bulan, Jarak kelahiran 12,69 bulan, Nilai (S/C) yakni 1,36, Nilai ER 66,26%, Nilai natural increase (NI) 18,25%, nilai NRR sapi bali 284,62% pada kelamin jantan dan 21,38% pada kelamin betina, Nilai output 25,79%. Pada pola pemeliharaan ekstensif tingkat kelahiran ternak sapi sebesar 61,49% dari jumlah induk, ternak yang dibeli sebesar 6%, tingkat kematian ternak sebesar 1,09%, Tingkat pemotongan ternak sapi sebesar 29% dari jumlah pejantan dan 1,45% dari jumlah populasi, tingkat kehilangan sebesar 0,73%, Tingkat penjualan yang dilakukan oleh para peternak sebesar 5,82%, Peternak mengawinkan sapi jantan pertama kali pada umur 23,69 bulan dan sapi betina pada umur 18,17 bulan, Peternak mengawinkan ternaknya 79,17% secara IB dan 20,83% kawin alam, Umur penyapihan 3,39 bulan, Umur induk pertama kali melahirkan 33,73 bulan, Lama PPM 3,19 bulan, Jarak kelahiran 12,85 bulan, Nilai (S/C) yakni 1, Nilai ER 66,20%, Nilai natural increase (NI) 16,91%, nilai NRR sapi bali 196,88% pada kelamin jantan dan 377,78% pada kelamin betina, Nilai output 23,81%. Populasi ternak sapi bali di Kabupaten tebo tahun 2018-2022 mengalami peningkatan populasi dengan rataan sebanyak 681 ekor (4%). Pola pemeliharaan intensif memperoleh hasil analisis nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi pada kategori cukup berlanjut (68,72), hukum-kelembagaan berkategori cukup berlanjut (67,05), teknologi-infrastruktur dalam kategori cukup berlanjut (55,34), sosial-budaya pada kategori kurang berkelanjutan (39,94) dan ekologi cukup berkelanjutan (52,46). Pola pemeliharaan ekstensif memperoleh hasil analisis nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi pada kategori sangat berkelanjutan (88,44), hukum-kelembagaan berkategori kurang berkelanjutan (40,67), teknologi-infrastruktur dalam kategori kurang berkelanjutan (32,87), sosial-budaya pada kategori kurang berkelanjutan (37,04), dan ekologi cukup berkelanjutan (74,41).
dc.description.sponsorshipmandiri
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleDinamika Populasi dan Analisis Keberlanjutan Usaha Peternakan Sapi Bali (bos javanicus) Terintegrasi Perkebunan Sawit di Kabupaten Teboid
dc.title.alternative
dc.typeTesis
dc.subject.keywordDinamika populasiid
dc.subject.keywordanalisis keberlanjutanid
dc.subject.keywordpola pemeliharaanid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record