Interaksi antara deterjen dan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias sp.)
Abstract
Usaha budidaya perikanan di Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk berkembang. Saat ini masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani salah satunya berasal dari ikan. Dengan semakin banyaknya permintaan ikan, maka semakin banyak petani ikan yang membudidayakannya secara intensif untuk memenuhi permintaan konsumen. Ikan lele dumbo merupakan salah satu ikan konsumsi yang banyak dibudidayakan secara intensif oleh petani.
Keberhasilan usaha budidaya ikan tidak bisa terlepas dari kualitas air yang digunakan. Perairan sebagai media hidup organisme akuatik sering menjadi tempat pembuangan berbagai macam limbah. Salah satunya limbah itu berasal dari rumah tangga diantaranya deterjen. Masuknya limbah deterjen dalam jumlah tertentu dapat mengganggu proses difusi oksigen dari udara ke dalam perairan. Apabila keadaan ini berlangsung terus menerus ikan dapat mengalami stres, sehingga daya tahan tubuhnya akan menurun dan akan lebih mudah terserang penyakit.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat stres deterjen yang umum digunakan konsumen pada ikan lele dumbo (Clarias sp.) dengan melihat gambaran darahnya, kemudian diuji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophila dan dilihat gejala klinis, respon makan, respon refleks dan kematiannya.
Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni Agustus 2002 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, BDP, FPIK, IPB. Ikan uji yang digunakan adalah ikan lele dumbo dengan perlakuan tanpa pemberian deterjen (K) dan pemberian deterjen 0,156 g/l (P), masing-masing ada 3 kali ulangan. Lama pemaparan deterjen 0,156 g/l berlangsung selama 36 hari, untuk melihat stres akibat deterjen setiap lima hari sekali (hari ke- 0, 5, 10, 15, dan 20) dilakukan pemeriksaan darah ikan yaitu jumlah eritrosit, jumlah leukosit, kadar hemoglobin, dan kadar hematokrit. Pada hari ke-26 dilakukan uji tantang bakteri Aeromonas hydrophila 108 CFU/ekor ikan kemudian diamati gejala klinis, respon makan, respon refleks dan kematiannya selama 10 hari setelah penyuntikan. Pengukuran oksigen terlarut (DO), suhu, dan pH dilakukan setiap hari, sedangkan kesadahan, alkalinitas, dan amonia dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Data-data yang diperoleh dianalisis secara statistik parametrik menggunakan rancangan RAL Faktorial dan secara deskriptif.
Jumlah total eritrosit untuk K berkisar antara 357 + 35 x 10 sel/ml sampai 457 104 x 10 sel/ml dan untuk P berkisar antara 160 + 26 x 10 sel/ml sampai 353 12 x 10 sel/ml. Berdasarkan hasil analisa sidik ragam, jumlah eritrosit dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh lama pemaparan (hari ke-), pemberian deterjen dan interaksi antara lama pemaparan dengan pemberian deterjen. 30558 + 503 untuk
Jumlah leukosit berkisar antara 27792 +1447 sampai K dan 30142 + 1878 sampai 32534 +413 untuk P. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah leukosit dipengaruhi secara nyata oleh pemberian...