Pengaruh Nilai C/N Awal dan Aerasi Aktif Pada Proses Co-composting Blotong dan Abu Ketel Industri Gula Tebu
View/ Open
Date
2012Author
Erica, Niza
Indrasti, Nastiti Siswi
Ismayana, Andes
Metadata
Show full item recordAbstract
Pabrik gula merupakan pabrik yang menghasilkan limbah dengan kandungan bahan organik tinggi yang dapat mengganggu atau merusak kestabilan lingkungan, sehingga diperlukan penanganan terhadap limbah pabrik gula yang terus meningkat seiring jumlah produksi yang terus bertambah. Limbah yang dihasilkan pabrik gula berupa padatan dan cairan. Jenis limbah padat yang dihasilkan, antara lain berupa blotong (filter mud) dan abu ketel (boiler ash). Blotong merupakan limbah padat yang dihasilkan dari stasiun pemurnian nira, sedangkan abu ketel adalah limbah hasil pembakaran ampas blotong sebagai bahan bakar ketel uap pabrik gula. Salah satu alternatif penanganan limbah padat industri gula yang dapat dilakukan adalah co-composting. Co-composting merupakan penanganan limbah padat dengan sistem pengomposan, menggunakan lebih dari satu bahan baku dengan menggabungkan manfaat dari masing-masing bahan baku untuk mengoptimalkan hasil dari produk (kompos). Tujuan penelitian ini mencakup tiga hal yaitu mengetahui penanganan limbah blotong dan abu
ketel menggunakan teknik co-composting, mengetahui pengaruh nilai C/N awal terhadap proses co-
composting, dan mengetahui pengaruh laju aerasi pada proses co-composting blotong dan abu ketel.
Metode dan teknik co-composting yang digunakan adalah sistem aerated static pile (sistem aerasi
tanpa pembalikan tumpukan). Pengomposan dilakukan dalam reaktor termodifikasi, hal ini bertujuan
agar seluruh tumpukan kompos mendapat aliran udara (aerasi) secara merata. Faktor yang digunakan
pada penelitian ini, antara lain faktor aerasi dengan dua taraf (0.4 dan 1.2 l/menit kg bahan) dan faktor
nilai C/N awal dengan tiga taraf (30, 40, dan 50). Selain itu, terdapat pengomposan pasif sebagai
kontrol. Proses pengomposan dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu kadar air, suhu, pH, dan nilai
C/N. Pengukuran kadar air dilakukan sebagai kondisi pendukung berlangsungnya co-composting.
Pengukuran parameter suhu dilakukan setiap hari, sedangkan pengukuran kadar karbon (C), kadar
Nitrogen (N), pH, dan nilai C/N dilakukan setiap minggu. Peningkatan suhu terjadi pada nilai C/N
awal 30 pada hari ke-7 mencapai nilai 35 °C, kemudian menurun dan stabil hingga hari ke-42. Hal ini
menunjukkan penguraian bahan organik oleh pendegradasi terjadi pada awal proses co-composting.
Peningkatan suhu mencapai nilai 35 °C menunjukkan bahwa peningkatan hanya mencapai tahap
mesofilik (25-45 °C), keadaan ini diduga karena timbunan kompos yang rendah. Hal berbeda terjadi
pada nilai C/N awal 40 dan 50, dimana peningkatan suhu hanya mencapai nilai 28-29 °C. Hal ini
disebabkan, komposisi yang berbeda antara masing-masing nilai C/N awal, nilai C/N awal 30
memiliki komposisi blotong lebih banyak dari pada abu ketel, dimana blotong merupakan limbah
padat yang masih banyak mengandung bahan organik, sehingga memiliki suhu lebih tinggi. Nilai C/N
awal 40 memiliki komposisi blotong sebanding dengan abu ketel, sedangkan nilai C/N awal 50
memiliki komposisi abu ketel lebih banyak dibandingkan blotong, sehingga suhu lebih rendah.
Kombinasi nilai C/N awal 30, 40, dan 50 baik pada aerasi 0.4 dan 1.2 l/menit kg bahan menunjukkan
kecenderungan bentuk grafik yang sama. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara nilai C/N
awal dan pemberian aerasi terhadap perubahan suhu yang terjadi selama co-composting.
