Studi kasus industri kecil kerajian anyaman bambu di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
View/ Open
Date
1988Author
Sudarudono
Wijandi, Soesarsono
Setyowati, Krisnani
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menghimpun permasalahan umum industri kecil kerajinan anyaman bambu dan profil usaha kerajinan anyaman bambu yang ada di Dlingo.
Model penelitian yang dipakai adalah studi kasus secara eksploratif. Contoh lokasi kalurahan dan pedukunan dipilih secara purposive, sedang contoh unit usaha dipilih secara acak pada masing-masing lokasi yang terpilih. Data yang tidak berstruktur dilakukan analisis kualitatif. Analisis yang dipakai untuk data yang berstruktur adalah analisis finansial dan analisis statistik yang terdiri dari analisis deskripsi, chi-kuadrat dan regresi linear.
Lahan di Dlingo kurang subur, dengan luas tanah kering sepuluh kali lipat luas tanah sawah. Penduduk yang bekerja di sektor perindustrian sebesar 13%, dengan nilai produksi 68 juta. Anyaman bambu berjumlah 2.449 unit usaha atau sebesar 72% dari total sektor perindustrian.
Kebutuhan bahan baku bambu 85 batang per bulan per unit usaha. Peralatan produksi adalah gergaji, golok, pisau dan uncek. Pemasaran produk tradisional di sekitar Dlingo sedangsan produk non tradisional menjangkau ke kota-kota besar.
Rata-rata jam kerja perajin selama 7,03 jam per hari. Jumlah tanaga kerja tiap unit usaha 4 orang. Anyaman bambu merupakan pekerjaan sambilan disamping bertani.
Analisis finansial rata-rata industri kecil kerajinan anyaman bambu di Dlingo Yogyakarta memperlihatkan bahwa: keuntungan bersih per unit usaha þ 0,7 juta setahun, B/C = 1,76, BEP 1291 buah produk, lama pengembalian modal 2,79 tahun, NPV 245,8 ribu, IRR= 37,29% pada tahun kelima dan ROI = 60%. Secara finansial usaha anyaman bambu menguntungkan bagi perajin/penduduk setempat baik sebagai pekerjaan pokok maupun sambilan. ...