Show simple item record

dc.contributor.advisorSuryani, Ani
dc.contributor.authorSingarimbun, Berlian P.L.
dc.date.accessioned2024-04-29T02:45:24Z
dc.date.available2024-04-29T02:45:24Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/147657
dc.description.abstractPertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia dan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu kendala utama dalam usaha pertanian adalah adanya gulma. Gulma merupakan pesaing tanaman dalam pemanfaatan unsur hara, air dan ruang. Sebagian gulma juga menjadi tempat hidup dan tempat bernaung hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air. Untuk menanganinya, pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara manual, mekanis, kultur teknis, maupun kimiawi Herbisida merupakan bahan kimia beracun yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan tumbuhan pengganggu atau gulma. Dengan adanya serangan gulma pada tanaman dapat menyebabkan dampak terhadap penurunan hasil panen yang cukup besar. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan penggunaan herbisida antara lain adalah dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu, efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar. Efektivitas formulasi herbisida dapat ditingkatkan dengan penambahan adjuvant pada larutan herbisida, salah satu contohnya adalah surfaktan. Surfaktan merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan (surface active agent), dimana dengan penggunaannya pun dapat meningkatkan daya penetrasi larutan herbisida pada gulma karena surfaktan memiliki wetting dan spreading ability. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suhu terbaik proses produksi DEA dari asam laurat, mengetahui kinerja DEA hasil sintesis dibandingkan berbagai surfaktan berbasis minyak sawit sebagai komponen dalam formulasi herbisida berbahan aktif glifosat serta uji efektivitas berbagai formulasi herbisida di lapangan dibandingkan herbisida komersil. Pemanfaatan minyak kelapa sawit ini diawali dengan pembuatan DEA yang berasal dari asam laurat. Kemudian dilanjutkan dengan proses formulasi larutan herbisida dengan surfaktan pada konsentrasi 4%, 6%, 8% dan 10% baik hasil sintesis dan komersial. Tahapan selanjutnya dilakukan pemilihan konsentrasi surfaktan terbaik pada formulasi herbisida dan dilakukan uji efikasi formulasi herbisida di lapangan. Proses pembuatan DEA dilakukan pada suhu amidasi 150°C, 200°C, dan 225°C. Melalui analisa keragaman menggunakan rancangan acak lengkap terhadap kemampuan surfaktan menurunkan tegangan permukaan serta uji kelarutan surfaktan dengan bahan aktif glifosat, DEA hasil sintesis reaksi amidasi 200°C adalah DEA yang memiliki karakteristik terbaik dan digunakan dalam proses formulasi dengan kemampuan menurunkan tegangan permukaan cairan sebanyak 55.7%. Tahap formulasi dilakukan menggunakan empat jenis surfaktan, APG dan DEA (hasil sintesis dan komersial) dengan bahan aktif glifosat 48%. Hasil analisa keragaman dengan rancangan acak lengkap terhadap kemampuan surfaktan menurunkan tegangan permukaan dan tegangan antar muka larutan herbisida memperoleh formulasi herbisida dengan penambahan surfaktan pada konsentrasi 10% yang memiliki hasil terbaik dengan kinerja DEA hasil sintesis dalam formulasi yang mampu menurunkan tengangan permukaan dan antar muka larutan IPA glifosat sebanyak 39.2% dan 0.8% secara berturut- turut. Uji efektivitas formulasi herbisida di lapangan dilakukan di Perumahan Pandan Valley, Salabenda kabupaten Bogor yang di mulai pada tanggal 6 Maret 2012 dengan tiga kali ulangan pada setiap perlakuan yang dilakukan. Pengamatan berlangsung selama 12 MSA (Minggu setelah aplikasi) terhitung dari hari penyemprotan sampai dengan 28 Mei 2012. Proses penyemprotan dilakukan dengan dua dosis penyemprotan, yaitu 0.72% (6L/ha) dan 0.36% (3L/ha) pada pagi hari dan dipastikan tidak turun hujan selama minimal empat jam setelah penyemprotan dilakukan. Pada pengaplikasian juga dilakukan penyemprotan kontrol negatif (air) dan kontrol positif (hebisida komersial round up) sebagai pembanding. Pengamatan dilakukan dengan melihat tiga parameter, yaitu daya berantas gulma, persentase penutupan gulma dan bobot kering gulma. Daya berantas gulma dan persentase penutupan gulma dinilai secara visual oleh minimal tiga orang agar didapatkan hasil yang akurat, sedangkan pengujian bobot kering gulma dilakukan pada minggu ke empat, delapan dan dua belas. Bobot kering gulma diperoleh dengan melakukan sampling pada gulma, dimana gulma yang masih hidup dipisahkan dari gulma yang telah mati dan dilakukan pengovenan selama 48 jam pada suhu 105°C…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural Technologyid
dc.subject.ddcAgroindustrial Technologyid
dc.titlePemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Kelapa Sawit dalam Formulasi Herbisida Berbahan Aktif Glifosatid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordDietanolamidaid
dc.subject.keywordAlkil Poliglikosidaid
dc.subject.keywordHerbisidaid
dc.subject.keywordGlifosatid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record