Show simple item record

dc.contributor.advisorWijandi, Soesarsono
dc.contributor.authorRofiqi, Didik Mochamad
dc.date.accessioned2024-04-26T06:59:21Z
dc.date.available2024-04-26T06:59:21Z
dc.date.issued1992
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/147522
dc.description.abstractSiwalan merupakan tumbuhan yang mempunyai banyak kegunaan. Pemanfaatan tumbuhan ini secara komersial masih belum banyak dan belum beraneka ragam. Pengembangannyapun belum banyak bahkan pemeliharaan tanaman sering terlantar. Pengkajian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui potensi tanaman siwalan yang ada, mengkaji alternatif kemungkinan pengembangan agroindustrinya serta menyusun prioritas pengembangan yang paling menguntungkan. Kajian ini dilakukan di kabupaten Tuban, karena wilayah ini mempunyai potensi tanaman siwalan yang cukup besar. Siwalan sebagai bahan baku agroindustri, jumlahnya di Kabupaten Tuban cenderung menurun sedangkan pemanfaatannya cenderung meningkat. Potensi tanaman ini belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan data luas areal tanaman dan produksi pada tahun 1990, masih ada sekitar 6 322.5 kuintal setara gula merah yang belum dimanfaatkan. Nira siwalan dan buahnya mempunyai peluang pengembangan cukup baik. Kedua bahan tersebut dapat diolah menjadi gula merah cetak, gula semut, nira botol, sirup siwalan, tuak botol dan manisan buah siwalan. Pendirian industri pengolahan nira botol siwalan memerlukan modal investasi sebanyak Rp 37 339 125, tuak botol 35 963 750, sirup siwalan Rp 15 481 083, gula merah cetak Rp 6 283 750, gula semut Rp 6 232 074, dan manisan buah siwalan Rp 17 305 562. Hasil analisis finansial menunjukkan NPV untuk masing-masing pengolahan itu sebesar Rp 24 243 964 untuk nira botol, Rp 34 843 277 untuk tuak botol, Rp 35 625 585 untuk sirup siwalan, Rp 19:941 810 untuk gula merah cetak, Rp 2 104 398 untuk gula semut dan Rp 2 271 022 manisan buah siwalan. Analisis keunggulan komparatif dari tiga jenis pengembangan yang menguntungkan ternyata industri pengolahan tuak botol menduduki prioritas pengembangan pertama dengan nilai indeks CA sebesar 5.84, manisan buah siwalan menduduki prioritas pengembangan kedua dengan indeks CA sebesar 5.23 dan nira botol menduduki prioritas pengembangan ketiga dengan indeks CA sebesar 5.08.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcKajian kemungkinan pengembangan potensi agroindustri siwalan (Borassus sundaicus BECC) di daerah tingkat II Kabupaten Tubanid
dc.titleKajian kemungkinan pengembangan potensi agroindustri siwalan (Borassus sundaicus BECC) di daerah tingkat II Kabupaten Tubanid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record